Pengeluaran untuk sabun mandi di Kabupaten Banyuwangi menunjukkan peningkatan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pengeluaran mencapai Rp70.040 per kapita per bulan pada tahun 2024, angka ini tumbuh 5,4% dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan ini mengindikasikan bahwa masyarakat Banyuwangi semakin memperhatikan kebersihan diri.
Jika dibandingkan dengan total pengeluaran per kapita sebulan untuk aneka barang dan jasa sebesar Rp1.516.292, pengeluaran untuk sabun mandi hanya mencakup sekitar 4,6%. Angka ini menunjukkan proporsi kecil dari total pengeluaran, namun tetap penting mengingat fungsinya yang mendasar. Sementara itu, jika dibandingkan dengan pengeluaran untuk makanan sebesar Rp794.027 dan bukan makanan sebesar Rp722.265, proporsi pengeluaran untuk sabun mandi tergolong sedang.
(Baca: Rata-Rata Pengeluaran Perkapita Sebulan di Kalimantan Timur 2015 - 2024)
Secara historis, pengeluaran untuk sabun mandi di Banyuwangi mengalami fluktuasi. Dari tahun 2018 hingga 2024, terlihat adanya kenaikan dan penurunan. Kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2021 dengan pertumbuhan 20,6%, diikuti oleh tahun 2023 dengan pertumbuhan 20,8%. Meskipun sempat ada penurunan sebesar 2,9% pada tahun 2022, secara keseluruhan pengeluaran untuk sabun mandi terus meningkat.
Pada tahun 2024, Kabupaten Banyuwangi menempati urutan ke-10 di antara kabupaten/kota se-Jawa Timur dalam hal pengeluaran untuk sabun mandi. Peringkat ini menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sementara itu, secara nasional, Banyuwangi berada pada urutan ke-189. Posisi ini menunjukkan bahwa pengeluaran untuk sabun mandi di Banyuwangi masih perlu ditingkatkan agar setara dengan daerah lain di Indonesia.
Di antara kabupaten/kota lain di Jawa Timur, Kota Surabaya mencatatkan pengeluaran untuk sabun mandi tertinggi, yaitu Rp103.566 per kapita per bulan dengan pertumbuhan 3,6%. Kabupaten Sidoarjo berada di urutan kedua dengan Rp93.493, namun mengalami penurunan sebesar 4,2%. Kota Malang berada di urutan ketiga dengan Rp83.157 dan pertumbuhan 0,3%. Kota Madiun mencatatkan Rp79.905 dengan penurunan 7,6%, dan Kabupaten Sumenep Rp78.383 dengan penurunan tajam sebesar 17,3%.
BPS mencatat pengeluaran rata-rata per kapita sebulan bukan makanan di Kota Surabaya mencapai Rp1.541.006 pada 2024, tumbuh 34% dari tahun sebelumnya dan menduduki peringkat pertama se-Jawa Timur. Sementara itu, Kabupaten Banyuwangi menempati urutan ke-12 dengan Rp722.265, tumbuh 37,2% dari tahun sebelumnya. Ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam pengeluaran bukan makanan di Banyuwangi, meski masih di bawah Surabaya.
(Baca: Rata-Rata Pengeluaran Perkapita Sebulan untuk Kecantikan di Kab. Kota Baru 2018 - 2024)
Pengeluaran rata-rata per kapita sebulan untuk makanan dan bukan makanan di Kota Surabaya mencapai Rp2.602.451 pada 2024, mengalami penurunan sebesar 2,3% dibandingkan tahun sebelumnya. Kabupaten Banyuwangi mencatatkan Rp1.516.292, mengalami kenaikan sebesar 5,4%. Hal ini menunjukkan bahwa sementara Surabaya mengalami penurunan dalam total pengeluaran, Banyuwangi justru mengalami pertumbuhan yang positif.
Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan di Kota Surabaya mencapai Rp1.061.445, dengan pertumbuhan 29,6%. Kabupaten Banyuwangi mencatatkan Rp794.027, tumbuh 39,8%. Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan pengeluaran untuk makanan di Banyuwangi lebih tinggi dibandingkan Surabaya. Pertumbuhan ini mengindikasikan adanya peningkatan kesejahteraan dan kemampuan masyarakat Banyuwangi dalam memenuhi kebutuhan pangan.
Kota Surabaya
Pada 2024, Kota Surabaya mencatat pengeluaran rata-rata per kapita sebulan bukan makanan tertinggi di Jawa Timur, mencapai Rp1.541.006, dengan pertumbuhan signifikan sebesar 34% dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan peningkatan besar dalam alokasi dana untuk kebutuhan non-pangan, seperti pendidikan, kesehatan, dan rekreasi. Sementara pengeluaran untuk makanan mencapai Rp1.061.445 dengan pertumbuhan 29,6%, menunjukkan Surabaya tetap menjadi kota dengan daya beli yang tinggi di Jawa Timur. Dengan total pengeluaran makanan dan bukan makanan mencapai Rp2.602.451, meskipun turun 2,3% dari tahun sebelumnya, Surabaya tetap menduduki peringkat pertama dalam hal total pengeluaran di provinsi tersebut.
Kota Malang
Kota Malang menunjukkan stabilitas dalam pengeluaran dengan rata-rata per kapita sebulan bukan makanan mencapai Rp1.216.228 pada tahun 2024, tumbuh moderat sebesar 4,5% dibandingkan tahun sebelumnya. Pengeluaran untuk makanan tercatat sebesar Rp738.690, tumbuh sedikit sebesar 3,3%. Total pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan mencapai Rp1.954.918, mengalami penurunan 10,8%. Peringkat Kota Malang sebagai kota dengan pengeluaran tertinggi keempat se-Jawa Timur mencerminkan konsistensi dalam pola konsumsi dan stabilitas ekonomi regional.
Kota Madiun
Kota Madiun mencatatkan rata-rata pengeluaran per kapita sebulan bukan makanan sebesar Rp1.192.091 pada 2024, meningkat signifikan sebesar 15,3% dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, pengeluaran untuk makanan hanya tumbuh 7% menjadi Rp851.602. Secara keseluruhan, pengeluaran total untuk makanan dan bukan makanan mencapai Rp2.043.693, mengalami penurunan tajam sebesar 12,8%. Peringkat Kota Madiun sebagai kota dengan pengeluaran tertinggi kedua di Jawa Timur menunjukkan bahwa meskipun ada peningkatan dalam pengeluaran non-pangan, terjadi penurunan dalam total pengeluaran masyarakat.
Kabupaten Sidoarjo
Kabupaten Sidoarjo mencatatkan rata-rata pengeluaran per kapita sebulan bukan makanan sebesar Rp1.077.404 pada 2024, mengalami peningkatan signifikan sebesar 14,7% dibandingkan tahun sebelumnya. Untuk pengeluaran makanan di Sidoarjo juga cukup tinggi, tercatat Rp881.851 atau naik 16% dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan total pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan mencapai Rp1.959.255, mengalami penurunan 7%. Peringkat Sidoarjo sebagai kabupaten dengan pengeluaran tertinggi ketiga di Jawa Timur menunjukkan bahwa meskipun ada peningkatan dalam pengeluaran non-pangan, terjadi penurunan dalam total pengeluaran masyarakat.