Pengeluaran untuk sabun mandi di Kabupaten Banyuwangi menunjukkan peningkatan pada tahun 2024. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pengeluaran mencapai Rp70.040 per kapita per bulan. Angka ini tumbuh 5,4% dibandingkan tahun sebelumnya.
Pengeluaran untuk sabun mandi di Kabupaten Banyuwangi relatif kecil dibandingkan pengeluaran total masyarakat. Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk aneka barang dan jasa mencapai Rp350.357. Alokasi untuk sabun mandi hanya sekitar 20% dari pengeluaran untuk kecantikan (Rp60.053) dan 10% dari pengeluaran untuk makanan jadi (Rp275.202).
(Baca: Populasi Sapi Potong Jantan yang Bisa Dipotong Periode 2013-2024)
Secara historis, pengeluaran untuk sabun mandi di Kabupaten Banyuwangi mengalami peningkatan signifikan dari 2018 hingga 2024. Kenaikan tertinggi terjadi pada 2021, mencapai 20,6%. Sempat sedikit turun pada 2022 (-2,9%), kemudian kembali tumbuh tinggi pada 2023 (20,8%) dan berlanjut pada 2024.
Pengeluaran masyarakat Kabupaten Banyuwangi secara keseluruhan menunjukkan pertumbuhan. Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan dan bukan makanan meningkat dari Rp1.438.223 pada tahun sebelumnya menjadi Rp1.516.292 pada tahun 2024. Ini menunjukkan peningkatan kesejahteraan dan kemampuan konsumsi masyarakat.
Secara peringkat, pengeluaran untuk sabun mandi Kabupaten Banyuwangi berada di urutan ke-10 se-Jawa Timur dan ke-189 se-Indonesia. Di Pulau Jawa, Kabupaten Banyuwangi menempati urutan ke-36. Beberapa kabupaten/kota lain di Jawa Timur dengan pengeluaran lebih tinggi antara lain Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, dan Kota Malang.
BPS mencatat, persentase konsumsi bukan makanan di Kabupaten Banyuwangi menunjukkan peningkatan yang cukup baik dibandingkan kabupaten/kota lainnya di Jawa Timur. Hal ini mengindikasikan perubahan prioritas konsumsi masyarakat, di mana kebutuhan non-primer semakin diperhatikan.
Dibandingkan rata-rata tiga tahun terakhir (2021-2023), pengeluaran untuk sabun mandi di Kabupaten Banyuwangi pada 2024 menunjukkan pertumbuhan yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan tren peningkatan kesadaran masyarakat akan kebersihan dan kesehatan pribadi.
(Baca: Data Historis Rata - Rata Upah di Sumatera Selatan Periode 2018-2023)
Anomali terlihat pada tahun 2022, di mana pengeluaran sedikit turun. Namun, secara umum, dalam lima tahun terakhir, pengeluaran masyarakat mengalami pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan rata-ratanya. Kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2021, yang bisa jadi dipengaruhi oleh peningkatan kesadaran akan kebersihan selama pandemi.
Berikut adalah lima kabupaten/kota di Jawa Timur dengan pengeluaran tertinggi untuk sabun mandi pada tahun 2024: Kota Surabaya (Rp103.566), Kabupaten Sidoarjo (Rp93.493), Kota Malang (Rp83.157), Kota Madiun (Rp79.905), dan Kabupaten Sumenep (Rp78.383). Pertumbuhan tertinggi dialami oleh Kota Surabaya (3,6%), sementara Kabupaten Sidoarjo mengalami penurunan (-4,2%). Peringkat Kota Surabaya tetap yang tertinggi di Jawa Timur.
Kota Surabaya
Kota Surabaya mencatatkan pengeluaran bukan makanan yang tertinggi di Jawa Timur pada tahun 2024, mencapai Rp1.541.006, meningkat 34% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp1.149.686,88. Sementara pengeluaran untuk makanan mencapai Rp1.061.445. Peningkatan ini menunjukkan peningkatan signifikan dalam daya beli masyarakat Surabaya untuk kebutuhan non-primer. Dengan tetap menduduki peringkat pertama se-Jawa Timur, Kota Surabaya menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan kuat.
Kota Malang
Pengeluaran bukan makanan Kota Malang juga mengalami kenaikan menjadi Rp1.216.228 dari sebelumnya Rp1.163.346,82, yang menunjukkan pertumbuhan sebesar 4.5%. Pengeluaran untuk makanan tercatat sebesar Rp738.690. Kota Malang mempertahankan posisinya sebagai salah satu kota dengan pengeluaran tertinggi di Jawa Timur, mencerminkan gaya hidup yang semakin konsumtif dan beragam.
Kota Madiun
Kota Madiun mencatatkan pengeluaran bukan makanan sebesar Rp1.192.091, meningkat 15.3% dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp1.033.945,68. Sementara itu, pengeluaran untuk makanan mencapai Rp851.602. Peningkatan ini menunjukkan diversifikasi kebutuhan masyarakat Kota Madiun yang semakin meningkat, dengan alokasi dana lebih besar untuk kebutuhan di luar makanan. Kota Madiun berada di peringkat ketiga se-Jawa Timur.
Kabupaten Sidoarjo
Kabupaten Sidoarjo menunjukkan pengeluaran bukan makanan yang signifikan sebesar Rp1.077.404, naik 14.7% dari tahun sebelumnya Rp939.077,05. Pengeluaran untuk makanan mencapai Rp881.851. Pertumbuhan ini menunjukkan bahwa masyarakat Sidoarjo semakin memperhatikan kualitas hidup dan kebutuhan non-primer. Kabupaten Sidoarjo berada di posisi keempat se-Jawa Timur.