Pengeluaran untuk aneka barang dan jasa di Kabupaten Tulang Bawang, Lampung, menunjukkan peningkatan pada tahun 2024. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pengeluaran mencapai Rp174.614 per kapita per bulan. Angka ini tumbuh 15,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Jika dibandingkan dengan total pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan dan bukan makanan di Kabupaten Tulang Bawang yang mencapai Rp1.118.570 pada tahun 2024, pengeluaran untuk aneka barang dan jasa ini menyumbang sekitar 15,6 persen. Persentase ini menunjukkan bahwa sebagian besar pengeluaran masyarakat masih dialokasikan untuk kebutuhan pokok seperti makanan, dimana rata-rata pengeluaran untuk makanan mencapai Rp621.922 per kapita per bulan.
(Baca: PDB Paritas Data Beli (PPP) Yaman 2015 - 2024)
Secara historis, pengeluaran untuk aneka barang dan jasa di Kabupaten Tulang Bawang mengalami fluktuasi. Setelah mengalami penurunan signifikan pada tahun 2019 dan 2020, pengeluaran mulai menunjukkan tren kenaikan sejak tahun 2021. Tahun 2024 mencatatkan pertumbuhan tertinggi dalam periode tersebut. Meskipun demikian, angka ini masih di bawah pengeluaran tertinggi yang tercatat pada tahun 2018 sebesar Rp237.936.
Data BPS menunjukkan adanya alokasi pengeluaran yang cukup besar untuk beberapa kategori aneka barang dan jasa. Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk rokok dan tembakau mencapai Rp125.626, diikuti oleh perawatan sebesar Rp44.368, kecantikan sebesar Rp33.610, dan sabun mandi sebesar Rp50.895. Sementara itu, pengeluaran untuk makanan jadi mencapai Rp135.548.
Dalam skala regional, Kabupaten Tulang Bawang berada pada urutan ke-7 dari 15 kabupaten/kota di Provinsi Lampung dalam hal pengeluaran untuk aneka barang dan jasa. Posisi ini menunjukkan bahwa pengeluaran di Tulang Bawang masih di bawah kota-kota besar seperti Kota Bandar Lampung (Rp414.372) dan Kota Metro (Rp332.088). Namun, berada di atas kabupaten lain seperti Kabupaten Tanggamus (Rp138.410) dan Kabupaten Lampung Timur (Rp143.990).
Jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Lampung, pertumbuhan pengeluaran aneka barang dan jasa di Kabupaten Tulang Bawang termasuk yang tertinggi. Kabupaten Tulang Bawang Barat mengalami penurunan tipis turun 1,2 persen, dengan nilai pengeluaran Rp172.995. Kabupaten Way Kanan mencatatkan pertumbuhan sebesar 2,1 persen dengan nilai pengeluaran Rp169.819. Kabupaten Mesuji mengalami pertumbuhan sebesar 14,3 persen dengan nilai pengeluaran Rp228.985.
(Baca: Persentase Rata-Rata Pengeluaran per Kapita Sebulan untuk Makanan di Perdesaan Periode 2013-2023)
Kota Bandar Lampung
Berdasarkan data BPS, Kota Bandar Lampung mencatatkan rata-rata pengeluaran per kapita sebulan bukan makanan sebesar Rp975.428 pada tahun 2024, mengalami pertumbuhan 6,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Kota ini menduduki peringkat pertama se-Provinsi Lampung dalam hal pengeluaran bukan makanan, menunjukkan tingkat konsumsi yang tinggi di sektor ini. Pengeluaran untuk makanan jadi di kota ini juga lebih tinggi dibandingkan daerah lain.
Kota Metro
Kota Metro mencatatkan rata-rata pengeluaran per kapita sebulan makanan dan bukan makanan sebesar Rp1.636.983 pada tahun 2024. Angka ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 7,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya, serta menempatkan Metro pada peringkat ke-2 se-Provinsi Lampung. Data tersebut juga menggambarkan bahwa masyarakat Metro memiliki kemampuan konsumsi yang cukup baik, sejalan dengan statusnya sebagai salah satu pusat perekonomian di Lampung.
Kabupaten Pesisir Barat
Kabupaten Pesisir Barat menunjukkan pertumbuhan signifikan dalam rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan, mencapai 51,2 persen pada tahun 2024 dengan nilai Rp822.116. Pertumbuhan ini menempatkan Pesisir Barat pada peringkat pertama se-Provinsi Lampung. Peningkatan ini diduga karena adanya perbaikan infrastruktur dan aksesibilitas yang mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.
Kabupaten Lampung Tengah
Kabupaten Lampung Tengah mencatatkan rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan sebesar Rp667.769 pada tahun 2024, tumbuh 25,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya dan menempati urutan ke-7 di Provinsi Lampung. Pertumbuhan ini menunjukkan peningkatan dalam daya beli masyarakat Lampung Tengah untuk memenuhi kebutuhan makanan sehari-hari.