Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat besar pengeluaran untuk rokok dan tembakau di Kabupaten Bone pada 2024 sebesar Rp90.544 per kapita per bulan.
Angka ini mengalami penurunan sebesar 6,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Pengeluaran untuk rokok dan tembakau ini menempati urutan ke-23 di antara kabupaten/kota se-Sulawesi Selatan dan urutan ke-443 secara nasional. Jika dilihat dari lingkup pulau Sulawesi, Kabupaten Bone berada di peringkat ke-74 untuk pengeluaran rokok dan tembakau.
(Baca: Rata-Rata Pengeluaran Perkapita Sebulan di Bengkulu 2015 - 2024)
Pengeluaran untuk rokok dan tembakau di Kabupaten Bone relatif kecil jika dibandingkan dengan total rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk aneka barang dan jasa yang mencapai Rp141.721. Bahkan, pengeluaran untuk rokok dan tembakau juga lebih kecil dibandingkan pengeluaran untuk makanan jadi (Rp98.987). Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Kabupaten Bone lebih memprioritaskan pengeluaran untuk kebutuhan dasar dan konsumsi makanan.
Secara historis, pengeluaran untuk rokok dan tembakau di Kabupaten Bone cenderung fluktuatif. Pengeluaran tertinggi terjadi pada 2022, mencapai Rp101.003 per kapita per bulan. Meskipun sempat mengalami penurunan pada 2023, pengeluaran kembali sedikit menurun di 2024. Rata-rata pengeluaran untuk rokok dan tembakau dalam lima tahun terakhir (2019-2023) adalah Rp95.398,4 per kapita per bulan.
Dibandingkan dengan beberapa kabupaten/kota lain di Sulawesi Selatan, pengeluaran untuk rokok dan tembakau di Kabupaten Bone relatif rendah. Kabupaten Luwu Timur mencatat pengeluaran tertinggi, yaitu Rp169.886 per kapita per bulan, dengan pertumbuhan 11,8 persen. Kabupaten Sidenreng Rappang berada di urutan kedua dengan Rp158.046, namun mengalami penurunan sebesar 1,4 persen. Kota Palopo berada di urutan ketiga dengan Rp154.709 dan pertumbuhan signifikan sebesar 19,2 persen. Kabupaten Luwu Utara dan Gowa juga mencatatkan angka yang lebih tinggi, masing-masing Rp151.190 dan Rp135.562. Peringkat Kabupaten Bone berada di urutan ke-23 seprovinsi, tidak mengalami perubahan dibandingkan tahun sebelumnya.
(Baca: Harga Beras Kualitas Super II di Pasar Tradisional Periode November 2024-2025)
Kota Makassar
BPS mencatat, pengeluaran per kapita sebulan untuk bukan makanan di Kota Makassar mencapai Rp1.012.020 pada 2024, tumbuh 8,9 persen dari tahun sebelumnya. Kota ini menduduki peringkat pertama di Sulawesi Selatan dalam kategori ini. Pengeluaran untuk makanan tercatat sebesar Rp791.682, naik 5,7 persen. Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan dan bukan makanan mencapai Rp1.803.702, mengalami penurunan sebesar 3,6 persen.
Kota Palopo
Pengeluaran untuk makanan di Kota Palopo menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, mencapai 24,2 persen dengan nilai Rp760.855. Sementara itu, untuk bukan makanan juga mengalami peningkatan sebesar 21,3 persen, tercatat Rp822.375. Sayangnya, total pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan dan bukan makanan mengalami penurunan sebesar 9 persen menjadi Rp1.583.231. Kota ini menempati urutan kedua se-Sulawesi Selatan untuk kedua kategori, makanan dan total pengeluaran, serta peringkat ketiga untuk pengeluaran bukan makanan.
Kabupaten Sidenreng Rappang
Kabupaten Sidenreng Rappang mencatat pertumbuhan pengeluaran untuk makanan sebesar 28 persen menjadi Rp724.856. Pengeluaran bukan makanan menunjukkan kenaikan yang lebih besar, yaitu 29,3 persen, mencapai Rp699.112. Meskipun demikian, total pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan naik tipis 2,9 persen menjadi Rp1.423.968. Kabupaten ini menempati urutan kelima di Sulawesi Selatan untuk pengeluaran bukan makanan, namun berada di urutan keempat untuk total pengeluaran makanan dan bukan makanan.
Kabupaten Luwu Timur
Kabupaten Luwu Timur menunjukkan angka yang menarik, dengan pengeluaran untuk bukan makanan sebesar Rp701.298, tumbuh hanya 2,1 persen dari tahun sebelumnya. Sementara itu, pengeluaran untuk makanan tumbuh signifikan 11,5 persen, mencapai Rp677.746. Total pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan mengalami penurunan 10,7 persen menjadi Rp1.379.043. Kabupaten ini menempati urutan keempat di Sulawesi Selatan untuk pengeluaran bukan makanan.