Pengeluaran untuk perawatan kulit di Kota Pekalongan pada 2024 tercatat sebesar Rp65.677 per kapita per bulan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka ini meningkat 12,8% dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan ini menunjukkan adanya perubahan minat masyarakat terhadap produk dan jasa perawatan kulit di Kota Pekalongan.
Dibandingkan dengan pengeluaran total per kapita sebulan untuk aneka barang dan jasa sebesar Rp289.057, pengeluaran untuk perawatan kulit mengambil porsi 22,7%. Sementara itu, pengeluaran untuk perawatan kulit lebih tinggi dibandingkan rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk kecantikan yaitu Rp34.422. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Kota Pekalongan memiliki prioritas yang cukup tinggi terhadap perawatan kulit dibandingkan dengan kebutuhan kecantikan lainnya.
(Baca: Rata-Rata Pengeluaran Perkapita Sebulan di Kalimantan Barat 2015 - 2024)
Secara historis, pengeluaran untuk perawatan kulit di Kota Pekalongan mengalami fluktuasi dalam beberapa tahun terakhir. Dari tahun 2018 hingga 2024, pengeluaran terus meningkat dari Rp40.118 menjadi Rp78.185 pada 2021. Namun, pada 2022 terjadi penurunan yang cukup signifikan turun 21.6% menjadi Rp61.302, dan kembali sedikit turun pada 2023 menjadi Rp58.222. Meskipun demikian, pada 2024 terjadi kenaikan yang cukup baik, menunjukkan indikasi pemulihan dan peningkatan minat masyarakat terhadap perawatan kulit.
Pada 2024, Kota Pekalongan menempati urutan ke-9 dalam hal pengeluaran untuk perawatan kulit di antara kabupaten/kota se-Provinsi Jawa Tengah. Secara nasional, Kota Pekalongan berada di peringkat 170. Dibandingkan dengan kota lain di Jawa Tengah, Kota Semarang menempati peringkat pertama dengan pengeluaran sebesar Rp95.594 dan pertumbuhan 28.8%, disusul Kota Magelang dengan Rp95.520 dan pertumbuhan 9.4%, serta Kota Surakarta dengan Rp88.833 dan pertumbuhan 29.4%.
Beberapa kabupaten/kota lain di Jawa Tengah dengan pengeluaran perawatan kulit yang signifikan adalah Kota Tegal dengan Rp83.543 (pertumbuhan -8.6%) dan Kota Salatiga dengan Rp79.995 (pertumbuhan 16.2%). Kabupaten Klaten mencatatkan pengeluaran Rp73.163 (pertumbuhan 0.5%), Kabupaten Pati Rp70.926 (pertumbuhan -7.7%), dan Kabupaten Sukoharjo Rp69.666 (pertumbuhan 20.2%). Perbedaan pertumbuhan ini menunjukkan preferensi dan kemampuan ekonomi yang bervariasi di setiap wilayah.
(Baca: Rata-Rata Pengeluaran Perkapita Sebulan untuk Makanan dan Minuman Jadi di Kab. Manggarai Barat 2018 - 2024)
Kota Semarang
Berdasarkan data BPS, Kota Semarang mencatat pengeluaran rata-rata per kapita sebulan bukan makanan sebesar Rp1.322.997 pada tahun 2024. Nilai ini menunjukkan peningkatan 12.6% dibandingkan tahun sebelumnya, yang sebesar Rp1.175.466,33. Kota Semarang juga menempati peringkat pertama se-kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah untuk pengeluaran bukan makanan. Peningkatan ini menunjukkan pertumbuhan ekonomi dan konsumsi masyarakat di Kota Semarang.
Kota Salatiga
Kota Salatiga menunjukkan performa yang berbeda dengan pengeluaran rata-rata per kapita sebulan bukan makanan sebesar Rp1.315.195 pada tahun 2024, mengalami penurunan 14.4% dibandingkan tahun sebelumnya. Meski demikian, Salatiga tetap berada di peringkat kedua se-kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Data ini mengindikasikan adanya perubahan pola konsumsi atau faktor ekonomi lain yang mempengaruhi pengeluaran di Kota Salatiga.
Kota Magelang
Kota Magelang mencatatkan pengeluaran rata-rata per kapita sebulan bukan makanan sebesar Rp980.996 pada tahun 2024. Terdapat sedikit peningkatan sebesar 1.8% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp963.451,1. Dengan demikian, Kota Magelang berada di peringkat ketiga se-kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Kenaikan ini menunjukkan stabilitas ekonomi dan konsumsi masyarakat di Kota Magelang.
Kota Surakarta
Kota Surakarta mencatat pengeluaran rata-rata per kapita sebulan bukan makanan sebesar Rp942.391 pada tahun 2024. Terjadi penurunan 3.7% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp978.669,55. Dengan posisi ini, Surakarta berada di peringkat keempat se-kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Penurunan ini mengindikasikan perubahan dalam prioritas pengeluaran atau faktor ekonomi lokal yang memengaruhi konsumsi di Kota Surakarta.