Pengeluaran untuk perawatan kulit di Kabupaten Tasikmalaya menunjukkan peningkatan pada tahun 2024, mencapai Rp50.269 per kapita per bulan. Angka ini mengalami pertumbuhan sedikit dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 1,6%. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pengeluaran ini merupakan bagian dari alokasi dana masyarakat untuk berbagai kebutuhan, di mana rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk aneka barang dan jasa mencapai Rp210.664.
Jika dibandingkan dengan pengeluaran lain, porsi untuk perawatan kulit masih relatif kecil. Pengeluaran untuk kecantikan secara umum mencapai Rp25.460, sementara untuk makanan jadi sebesar Rp183.213, dan rokok serta tembakau sebesar Rp125.321. Bahkan, pengeluaran untuk sabun mandi mencapai Rp48.412. Data ini menggambarkan bahwa alokasi dana untuk kebutuhan dasar dan konsumsi masih mendominasi pengeluaran masyarakat Kabupaten Tasikmalaya.
(Baca: Produksi Durian Periode 2013-2023)
Secara historis, pengeluaran untuk perawatan kulit di Kabupaten Tasikmalaya fluktuatif dalam tujuh tahun terakhir. Dimulai dari Rp29.504 pada 2018, sempat mengalami penurunan sebesar 14,5% di 2019 menjadi Rp25.213. Namun, kemudian melonjak 22,7% di 2020 menjadi Rp30.925, dan terus meningkat hingga mencapai pengeluaran tertinggi pada 2024. Pertumbuhan tertinggi tercatat pada 2023, yakni sebesar 22,8%, sebelum kemudian melambat di 2024.
Dalam perbandingan dengan wilayah lain di Jawa Barat, Kabupaten Tasikmalaya berada di urutan ke-17 untuk pengeluaran perawatan kulit. Urutan ini menunjukkan bahwa kesadaran atau kemampuan masyarakat dalam mengalokasikan dana untuk perawatan kulit masih di bawah rata-rata kabupaten/kota lain di provinsi ini. Di tingkat nasional, Kabupaten Tasikmalaya berada di peringkat 284. Beberapa kota seperti Kota Bekasi (Rp188.344), Kota Depok (Rp140.716), dan Kota Bogor (Rp133.919) memiliki pengeluaran yang jauh lebih tinggi.
Kota Bekasi mencatatkan pertumbuhan 6,5% dengan nilai pengeluaran tahun sebelumnya Rp176.873,35, namun Kota Depok mengalami penurunan -11,4% dengan nilai pengeluaran tahun sebelumnya Rp158.846,13. Kota Bogor juga menunjukkan penurunan -17,7% dengan nilai pengeluaran tahun sebelumnya Rp162.760,24. Sementara itu, Kota Bandung mencatatkan pertumbuhan 16% dengan nilai pengeluaran tahun sebelumnya Rp108.124,8 dan Kota Cimahi mengalami penurunan -17,8% dengan nilai pengeluaran tahun sebelumnya Rp123.975,55 (informasi ini seperti data yang diolah dari data Susenas).
Kota Bekasi
Pada 2024, Kota Bekasi mencatatkan pengeluaran rata-rata per kapita sebulan bukan makanan sebesar Rp1.908.316, mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 22,4% dibandingkan tahun sebelumnya. Kota ini menduduki peringkat pertama se-Jawa Barat dalam kategori ini, menunjukkan tingkat konsumsi non-makanan yang tinggi di kalangan warganya. Besarnya pengeluaran ini mencerminkan kemampuan ekonomi yang kuat dan gaya hidup yang konsumtif di wilayah perkotaan ini.
(Baca: Data Historis Rata - Rata Upah di Sulawesi Utara Periode 2018-2023)
Kota Depok
Pengeluaran rata-rata per kapita sebulan untuk makanan dan bukan makanan di Kota Depok mencapai Rp2.823.253 pada 2024. Angka ini mengalami pertumbuhan sedikit sebesar 3,6% dibandingkan tahun sebelumnya. Meski demikian, Kota Depok tetap menduduki peringkat kedua se-Jawa Barat dalam kategori ini. Pengeluaran yang besar ini mengindikasikan bahwa warga Depok memiliki daya beli yang baik dan cenderung mengalokasikan dana untuk berbagai kebutuhan, baik makanan maupun non-makanan.
Kota Bandung
Pada 2024, rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan di Kota Bandung mencapai Rp996.064. Pertumbuhan yang signifikan sebesar 17,7% dibandingkan tahun sebelumnya mengantarkan kota ini pada peringkat ketiga se-Jawa Barat. Peningkatan ini menunjukkan bahwa warga Bandung semakin banyak mengalokasikan dana untuk konsumsi makanan, baik di rumah maupun di luar rumah, mencerminkan gaya hidup yang dinamis dan beragam.