PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) akhirnya mencatatkan sahamnya (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat pagi (24/2/2023).
Perusahaan panas bumi terbesar di Indonesia itu melaksanakan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO), tercatat sebagai emiten ke-19 yang melantai di BEI pada 2023 ini.
Tak tanggung-tanggung, PGEO melepas 25% atau 10,35 miliar lembar saham ke publik, dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO.
Dilansir Katadata, PGEO mematok harga IPO Rp875 per saham. Artinya, perusahaan ini bakal meraih dana segar Rp9,05 triliun dari hasil IPO.
IPO ini sekaligus masuk dalam jajaran terbesar kelima di BEI. Sementara empat emiten lainnya ada PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) dengan dana Rp21,9 triliun pada 2021, bertengger di urutan pertama.
Kedua, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel Rp18,79 triliun pada 2021. Ketiga PT Goto Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) Rp13,72 triliun di 2022. Keempat, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) Rp12,24 triliun pada 2022.
Harga saham PGEO sempat turun
Pantauan pukul 14.00 WIB, harga saham PGEO menyentuh Rp815. Angka ini turun 6,86% atau 60 poin dari harga yang ditetapkan awal Rp875.
Pada pembukaan perdagangan, sahamnya sempat berada di zona hijau, dibuka Rp925 per saham. Harga saham anak Pertamina ini dijual dengan rentang Rp815 sampai Rp925 per saham.
Adapun volume saham yang diperdagangkan sebanyak 457 juta lembar. Nilai transaksi menyentuh Rp380 miliar dengan frekuensinya mencapai 40.126 kali. Kapitalisasi marketnya sebesar Rp33,74 triliun.
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pahala Nugraha Mansury menegaskan tidak setuju jika langkah pencatatan saham PGEO ke BEI disebut gagal.
Pahala menekankan tidak melihat harga saham saat ini, namun lebih kepada hasil kinerja anak perusahaan Pertamina nantinya.
"Saya rasa kita juga harus melihat dari sisi jumlah dana yang berhasil dikumpulkan saat ini Rp 9 triliun, itu yang pertama," kata Pahala selepas seremoni pencatatan saham perdana PGEO di BEI yang diwartakan Katadata, Jakarta, Jumat (24/2/2023).
Selain itu menurutnya, penawaran umum perseroan mengalami kelebihan permintaan alias oversubscribed. Adapun perseroan oversubscribed hingga 3,81 kali dari porsi pooling. Angka ini disebut melampaui target yang telah ditetapkan sebelumnya.
(Baca juga: Cetak Rekor, Nilai IPO 2021 Tertinggi Sepanjang Sejarah BEI)