Neraca perdagangan dan transaksi berjalan Indonesia yang mengalami defisit membuat pemerintah melakukan kebijakan untuk meningkatkan pendapatan devisa dari pariwisata. Destinasi wisata domestik yang sudah dikenal oleh wisatawan mancanegara (wisman) seperti Pulau Bali, Bunaken serta Raja Ampat menjadi salah satu keunggulan obyek wisata nasional. Peningkatan kualitas dan akses menuju destinasi, penguatan data dan informasi serta peningkatan atraksi yang terintegrasi bisa menjadi alternatif untuk meningkatkan devisa pariwisata nasional.
Berdasarkan data Kementerian Pariwisata pendapatan devisa dari sektor pariwisata pada 2015 mencapai US$ 12,23 miliar atau setara Rp 169 triliun. Jumlah tersebut berada di urutan ke empat sebagai penyumbang devisa terbesar pada 2015, di bawah migas, batu bara dan kelapa sawit. Kemudian pada 2019, pendapatan devisa dari pariwisata ditargetkan sebesar US$ 20 miliar dan menjadi yang terbesar mengalahkan hasil ekspor sawit maupun migas. Untuk mencapai target tersebut, pemerintah menargetkan 20 juta kunjungan wisman pada 2019.
Sebagai informasi, wisman yang datang ke tanah air pada 2017 mencapai 14,1 juta kunjungan. Kemudian periode Januari-Juli 2018 kunjungan wisman mencapai 9,06 juta, meningkat 12,92% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Terjadinya bencana alam seperti letusan Gunung Agung di Bali dan gempa bumi di Lombok dapat membebani target kunjungan turis asing ke Indonesia.