Sampah menjadi salah satu perhatian menjelang penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali pada November 2022 mendatang.
Bali merupakan salah satu provinsi yang menghasilkan sampah cukup banyak, termasuk sampah plastik. Menurut laporan dari Sungai Watch bertajuk Impact Report October 2020-December 2021, Bali menghasilkan 333.336 kilogram sampah anorganik.
Secara rinci, timbulan sampah anorganik didominasi oleh 89% plastik, 8% kaca, 2% kain, dan 1% logam. Laporan tersebut mencatat ada 550 perusahaan induk dan lebih dari 800 merek yang menyumbang sampah anorganik di Bali, mayoritas sampah plastik.
Sungai Watch melaporkan Danone menjadi pencemar sampah terbesar dengan sumbangan 27.486 keping sampah atau 12% dari total keping yang dianalisis. Dari jumlah tersebut, sebagian berupa plastik air minum gelas sekali pakai sebanyak 14.147 item dan sisanya adalah botol air minum kemasan 12.352 item.
Selain Danone, perusahan pencemar terbesar berikutnya di Bali adalah Wings Surya yang menyumbang 14.409 keping sampah. Diikuti Orang Tua 14.25, Santos Jaya Abadi 11.196, dan Unilever 9.034 keping sampah.
Menyambut KTT G20 di Bali, pemerintah telah melakukan berbagai persiapan, termasuk membangun tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST) baru.
Menurut Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut B. Pandjaitan, penanganan sampah di Bali harus tuntas sebelum penyelenggaraan acara puncak Presidensi KTT G20 Indonesia 2022, November mendatang di Bali.
“Pulau Bali ini harus bersih. Kita targetkan semua pembangunan TPST yang baru selesai di akhir Bulan Juli 2022 dan sudah dapat beroperasi antara Bulan Agustus-November 2022” Ujarnya dikutip laman resmi KLHK, Rabu (9/3/2022).
(Baca Juga: Daftar Negara G20 yang Suka Buang Makanan, Indonesia Peringkat Berapa?)