Menurut catatan International Energy Agency (IEA), pada 2020 emisi karbon di skala global sempat menurun akibat masifnya pembatasan kegiatan masyarakat di berbagai negara terkait pandemi Covid-19.
Namun, kendati pandemi masih berlangsung, pada 2021 emisi karbon global kembali naik hingga mencapai 36,3 gigaton CO2 dan menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Emisi karbon pada 2021 meningkat sekitar 6% dari tahun 2020, beriringan dengan pemulihan ekonomi global yang tumbuh sebesar 5,9% dalam periode sama.
IEA mencatat emisi karbon global pada 2021 paling banyak berasal dari pembakaran batu bara dan gas alam.
Sedangkan emisi karbon dari pembakaran BBM kendaraan dinilai menurun, bahkan lebih rendah 8% dari level pra-pandemi.
Menurut IEA, peningkatan emisi karbon terjadi hampir di seluruh negara, dengan peningkatan paling besar di Brasil, India, Tiongkok, Amerika Serikat, dan negara-negara Uni Eropa.
Untuk merespon masalah ini IEA menekankan perlunya penguatan investasi berkelanjutan di bidang teknologi energi baru dan terbarukan (EBT).
IEA pun menegaskan bahwa dunia harus berupaya mengurangi emisi CO2 pada tahun 2022, serta mengejar target nol-emisi pada 2050.
"Dunia harus memastikan bahwa peningkatan emisi global seperti tahun 2021 ini hanya terjadi sekali," tegas IEA dalam keterangan resminya, Selasa (8/3).
(Baca Juga: Meski Ada Skenario Low Carbon, Emisi CO2 Indonesia Terus Bertambah)