Tanah, Tempat Penyimpanan Utama Stok Karbon Hutan Global

Lingkungan

Premium

Akbar Ridwan 07/11/2025 14:02 WIB

URL telah disalin

Memuat...

Menurut data FAO, hampir separuh atau 46% stok karbon hutan global tersimpan di tanah, mencakup tanah organik, tanah mineral, maupun gambut.

Volume Stok Karbon Hutan Global Berdasarkan Tempat Penyimpanan (2025)

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Anda mengakses konten Single Data Premium.
Untuk meneruskan, silakan berlangganan, atau beli secara satuan.

Professional

Nikmati akses premium dengan harga yang lebih terjangkau.

Mulai dari

~~Rp300.000~~ 150.000/bulan

Akses lebih banyak konten premium dan fitur eksklusif khusus pelanggan.

Mulai dari

50.000/bulan

Hanya Rp833 per artikel

Lebih detail »

Beli Satuan

Langsung baca artikel “Tanah, Tempat Penyimpanan Utama Stok Karbon Hutan Global”.

Rp7.500

Kami menerima pembayaran berikut:

Beberapa metode pembayaran masih dalam proses aktivasi.

Volume Stok Karbon Hutan Global Berdasarkan Tempat Penyimpanan (2025)

Unduh

Sumber

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Food and Agriculture Organization (FAO) memperkirakan volume stok karbon hutan global mencapai 714 gigaton pada 2025.

Angka ini menunjukkan banyaknya senyawa karbon yang tersimpan di berbagai komponen hutan.

Tempat penyimpanannya tersebar di atas permukaan tanah (batang pohon hidup, dedaunan, dll); di bawah permukaan tanah (akar pohon, dll); di tanah (tanah organik, tanah mineral, gambut); kayu mati; dan serasah (sampah organik berupa daun kering, dan berbagai sisa vegetasi yang sudah mengering).

(Baca: Stok Karbon Hutan Global Naik pada 2025)

Pada 2025, stok karbon hutan global paling banyak tersimpan di tanah, dengan rincian berikut:

Tanah: 329 gigaton (46%)
Di atas permukaan tanah: 247 gigaton (35%)
Di bawah permukaan tanah: 66 gigaton (9%)
Serasah: 41 gigaton (6%)
Kayu mati: 30 gigaton (4%)

Menurut FAO, stok karbon bisa menyuburkan lahan dan mendukung kemampuan tanah untuk memurnikan air.

Tapi, jika dikelola secara buruk, senyawa kimia ini bisa terlepas ke udara dan menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan.

"Praktik pengelolaan lahan yang buruk menyebabkan tanah kehilangan karbon dan melepaskan gas rumah kaca," kata FAO dalam Key Messages - Global Symposium on Soil Organic Carbon.

"Kerusakan cadangan karbon tanah akibat pengelolaan lahan yang buruk akan menghambat upaya pembatasan kenaikan suhu global," lanjutnya.

Karena itu, FAO mendorong pemeliharaan stok karbon di tanah, hutan, dan ekosistem lainnya, sebagai upaya mitigasi perubahan iklim.

(Baca: Indonesia Penghasil Emisi Kehutanan dan Lahan Terbesar ke-3 Global)

Editor : Adi Ahdiat