Kekayaan Intelektual Berbasis Hayati di Indonesia Naik pada 2023

Menurut Low Carbon Development Indonesia (LCDI), inovasi teknologi berperan penting dalam melindungi dan meningkatkan keanekaragaman hayati, baik di bidang penelitian, pengelolaan, pendidikan, maupun pemanfaatan keanekaragaman hayati.

Temuan LCDI pun mengungkap, pada 2013-2023 terdapat 1.432 kekayaan intelektual di Indonesia dengan status publikasi terdaftar formalitas terpenuhi, terdaftar, dan tersertifikasi.

Dari jumlah tersebut, ada 339 kekayaan intelektual yang berbahan dasar atau terkait keanekaragaman hayati.

Ditinjau berdasarkan tahunnya, kekayaan intelektual berbasis hayati pada 2013 hanya ada 8. Pada 2018 jumlahnya sempat naik menjadi 38. Namun, pada 2021 turun kembali menjadi 16.

Lalu, pada 2022 dan 2023 ada kenaikan signifikan kekayaan intelektual berbasis hayati di Indonesia. Jumlahnya masing-masing mencapai 85 dan 112.

LCDI membandingkan kuantitasnya dengan di Amerika Serikat yang terjadi peningkatan tinggi dari angka United States Patent and Trademark Office (USPTO) di bidang agrikultur, hortikultur dan jasa kehutanan, yakni 4.129 pada 2008 menjadi 6.058 pada 2018.

“Saat ini Indonesia masih membutuhkan dorongan dalam pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai sumber inspirasi, bahan dasar, maupun penyelesaian permasalahan ekosistem melalui riset dan inovasi,” ucap LCDI dalam Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Indonesia 2025-2045.

(Baca: Luasan Ekosistem Alami di Indonesia yang Teridentifikasi pada 2024)