Dalam survei yang dilakukan Responsible Investor, investor global mengungkap berbagai risiko bisnis apabila alam dan keanekaragaman hayati mengalami kerusakan atau bahkan kepunahan.
Menurut 77% investor, kerusakan atau punahnya dua hal tersebut akan membuat produktivitas sistem alami berkurang. Sistem alami (natural systems) merujuk pada ekosistem alam yang bisa mendukung kehidupan.
Hilangnya alam dan keanekaragaman hayati pun akan menciptakan risiko pada rantai pasok, bagi 71% investor. Selain itu, 32% responden menyatakan rusak atau punahnya dua hal tersebut membuat bisnis mengalami risiko yang terkait litigasi/regulasi.
(Baca: Pemetaan Keanekaragaman Hayati di ICCAs Indonesia per Mei 2025)
Berikut hasil lengkap pandangan investor global terkait risiko bisnis apabila alam dan keanekaragaman hayati mengalami kerusakan atau kepunahan:
- Berkurangnya produktivitas sistem alami: 77%
- Risiko rantai pasok: 71%
- Risiko litigasi/regulasi: 32%
- Risiko reputasi: 29%
- Risiko pendanaan: 25%
- Berkurangnya kuota (untuk ekstraksi sumber daya alam)/berkurangnya akses ke lahan dan sumber daya: 17%
- Perubahan preferensi konsumen: 11%
- Persyaratan dan label keberlanjutan: 8%
- Lainnya: 7%
- Tidak ada dari daftar: 1%
Secara umum respons responden dalam survei ini telah menggambarkan kemajuan yang positif, menurut Responsible Investor. Akan tetapi, di saat yang sama mengindikasikan adanya isu terkait data, kurangnya representasi di tingkat dewan direksi, dan kebutuhan akan regulasi.
Survei ini dilakukan pada Mei dan Juni 2025, melibatkan 100 responden dari kalangan manajer dan pemilik aset yang tersebar di Eropa, Amerika Utara, Australia-Selandia Baru, Asia, dan Amerika Latin.
Masing-masing responden mengelola atau memiliki aset dengan kisaran kurang dari US$1 miliar sampai lebih dari US$500 miliar.
(Baca: Hal yang Menghambat Investasi Ramah Lingkungan menurut Investor Global)