Emisi Gas Rumah Kaca Google Naik Gara-gara AI

Ekonomi & Makro

Premium

Adi Ahdiat 22/04/2025 16:10 WIB

URL telah disalin

Memuat...

Emisi gas rumah kaca Google meningkat pada 2023, dipengaruhi naiknya konsumsi energi untuk komputasi artificial intelligence (AI).

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Anda mengakses konten Single Data Premium.
Untuk meneruskan, silakan berlangganan, atau beli secara satuan.

Professional

Nikmati akses premium dengan harga yang lebih terjangkau.

Mulai dari

~~Rp300.000~~ 150.000/bulan

Akses lebih banyak konten premium dan fitur eksklusif khusus pelanggan.

Mulai dari

50.000/bulan

Hanya Rp833 per artikel

Lebih detail »

Beli Satuan

Langsung baca artikel “Emisi Gas Rumah Kaca Google Naik Gara-gara AI”.

Rp10.000

Kami menerima pembayaran berikut:

Beberapa metode pembayaran masih dalam proses aktivasi.

Emisi Gas Rumah Kaca Google (2019-2023)

Unduh

Sumber

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) mengonsumsi banyak energi, yang kemudian bisa mendorong peningkatan emisi gas rumah kaca.

Hal ini diakui oleh Google dalam Google Environmental Report 2024.

(Baca: ChatGPT Makan Listrik Lebih Banyak dari Google Search)

Menurut laporan tersebut, pada 2023 Google menghasilkan emisi gas rumah kaca sebanyak 14,3 juta ton ekuivalen karbon dioksida (Mt CO2eq).

Emisinya naik 13% dibanding 2022, melonjak 48% dibanding 2019, dan menjadi rekor tertinggi dalam lima tahun terakhir.

"Hal ini terutama disebabkan peningkatan konsumsi energi untuk pusat data dan emisi rantai pasokan," kata Google dalam laporannya.

"Seiring dengan makin terintegrasinya AI ke dalam produk kami, pengurangan emisi menjadi tantangan karena naiknya permintaan energi untuk komputasi AI, serta emisi terkait dengan peningkatan investasi infrastruktur teknis," lanjutnya.

Keterkaitan antara AI dan peningkatan emisi ini juga menjadi perhatian United Nations Environment Programme (UNEP).

Menurut UNEP, pasokan energi untuk pusat data atau data center yang menopang operasi AI umumnya masih berasal dari bahan bakar fosil, sehingga dikhawatirkan turut mendorong laju pemanasan global.

"Banyak yang belum kita ketahui tentang dampak AI bagi lingkungan, tapi beberapa data yang kita punya cukup mengkhawatirkan," kata Chief Digital Officer UNEP dalam siaran pers (21/9/2024).

"Kita perlu memastikan bahwa AI berdampak positif bagi planet ini, sebelum kita menerapkan teknologi ini dalam skala besar," lanjutnya.

(Baca: Emisi CO2 Sektor Energi dan Industri Global Meningkat pada 2024)

Editor : Adi Ahdiat