Ribuan kepingan sampah dari satelit yang rusak, roket pendorong, dan senjata bekas uji coba rupanya telah menciptakan pencemaran di ruang angkasa. Kepingan sampah itu terjebak di orbit selama bertahun-tahun.
Tak hanya mencemari ruang angkasa, sampah-sampah ini juga dapat menipiskan lapisan ozon saat kembali masuk ke bumi. Kepingan sampah ini juga berpotensi menciptakan masalah saat peluncuran dan eksplorasi ruang angkasa di masa depan.
Berdasarkan laporan Orbital Debris Programme Office (ODPO), ada 16.355 kepingan sampah luar angkasa hingga 4 Agustus 2022.
Rusia tercatat sebagai negara penyumbang sampah luar angkasa terbanyak. Jumlahnya mencapai 6.416 kepingan sampah atau setara 39,22% dari total kepingan sampah luar angkasa pada periode bulan lalu.
Berikutnya, Amerika Serikat menempati peringkat kedua penyumbang sampah luar angkasa terbanyak yakni mencapai 5.219 kepingan sampah. Kemudian, Tiongkok di peringkat ketiga dengan total 3.814 kepingan sampah luar angkasa.
Selanjutnya, ada Prancis yang memiliki sampah luar angkasa sebanyak 517 kepingan sampah. Diikuti oleh Jepang, India, dan European Space Agency (ESA) yang menyumbang masing-masing sebanyak 121 kepingan sampah, 112 kepingan sampah, dan 59 kepingan sampah.
Sementara, Inggris merupakan negara penyumbang sampah luar angkasa paling sedikit hingga 4 Agustus 2022 yakni hanya 1 kepingan sampah. Sisanya, ada 96 kepingan sampah luar angkasa dari negara lainnya.
Permasalahan sampah puing-puing di luar angkasa ini perlu segera diselesaikan. Apalagi, dalam beberapa tahun ke depan perusahaan seperti SpaceX bakal meluncurkan ribuan pesawat di luar angkasa sehingga berpotensi meningkatkan banyak tabrakan dan lebih banyak puing sampah di masa depan.
(Baca: Ada Ratusan Juta Puing Sampah Antariksa di Orbit Bumi, Ini Ukurannya)