Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat PDRB Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba (PK-LSN) di Jawa Barat dengan harga konstan 2010 mencapai Rp 11.601,21 juta pada tahun 2024.
Nilai ini menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 7,89% dibandingkan tahun sebelumnya. Terjadi kenaikan yang signifikan dari Rp 10.752,89 juta pada 2023. Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan 3 tahun terakhir (2021-2023) sebesar 6,36%. Meskipun demikian, pertumbuhan ini sedikit lebih rendah dibandingkan rata-rata pertumbuhan 5 tahun terakhir (2019-2023) sebesar 7,48%. Kenaikan tertinggi dalam 5 tahun terakhir terjadi pada tahun 2023 sebesar 14,02%.
(Baca: Jumlah Sekolah Tk/Ra/Ba Periode 2014-2024)
Secara historis, data BPS menunjukkan PDRB PK-LSN Jawa Barat mengalami fluktuasi. Tahun 2015 sempat terjadi penurunan turun 8,13%. Nilai terendah tercatat pada tahun 2010 sebesar Rp 6.045,26 juta. Namun, secara umum, trennya menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2019 sebesar 15,15%, menunjukkan lonjakan signifikan dalam konsumsi lembaga nirlaba.
Pada tahun 2024, Jawa Barat menempati peringkat ke-4 untuk PDRB PK-LSN di Pulau Jawa, sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Peringkat ini juga sama secara nasional. Nilai PDRB PK-LSN Jawa Barat masih di bawah DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.
Dibandingkan dengan provinsi lain di Pulau Jawa, pertumbuhan PDRB PK-LSN Jawa Barat masih perlu ditingkatkan. Hal ini agar dapat bersaing dengan provinsi lain yang memiliki pertumbuhan lebih tinggi. Perlunya strategi yang lebih efektif dalam mendorong peran lembaga swasta nirlaba dalam perekonomian daerah.
(Baca: Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Komputer Periode 2013-2023)
DKI Jakarta
DKI Jakarta memuncaki daftar dengan nilai PDRB PK-LSN sebesar Rp 51.113,3 juta. Pertumbuhan sebesar 11,82% menunjukkan dinamika ekonomi yang kuat. DKI Jakarta menduduki peringkat pertama di Pulau Jawa dan secara nasional, menegaskan posisinya sebagai pusat ekonomi utama di Indonesia. Peningkatan ini didorong oleh berbagai faktor, termasuk aktivitas ekonomi yang tinggi dan investasi yang signifikan di sektor nirlaba.
Jawa Timur
Dengan nilai Rp 22.349,25 juta, Jawa Timur menempati posisi kedua. Pertumbuhan sebesar 12,49% menunjukkan kinerja yang solid dan stabil. Jawa Timur berada di urutan kedua di Pulau Jawa dan secara nasional. Kinerja positif ini mencerminkan efektivitas program-program yang mendukung sektor nirlaba.
Jawa Tengah
Jawa Tengah mencatatkan nilai PDRB PK-LSN sebesar Rp 13.545,01 juta. Pertumbuhan sebesar 16,38% menempatkannya pada urutan ketiga. Jawa Tengah berhasil menduduki posisi ketiga di Pulau Jawa dan secara nasional. Peningkatan ini mencerminkan keberhasilan dalam menarik investasi dan mengembangkan sektor nirlaba.
Sumatera Utara
Sumatera Utara mencatatkan nilai PDRB PK-LSN sebesar Rp 7.134,31 juta. Pertumbuhan sebesar 11,79% menempatkannya pada urutan kelima secara nasional. Sumatera Utara menempati posisi pertama di Pulau Sumatera. Ini menunjukkan potensi besar dalam mengembangkan sektor nirlaba. Pertumbuhan ini didukung oleh peningkatan kesadaran masyarakat dan dukungan pemerintah daerah.