Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat PDRB ADHB sektor transportasi dan pergudangan DKI Jakarta pada tahun 2024 mencapai Rp 166,93 triliun. Angka ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 9,93% dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun mengalami pertumbuhan, laju pertumbuhan ini sedikit lebih rendah dibandingkan rata-rata pertumbuhan selama lima tahun terakhir (2019-2023) yang mencapai 10,15%. Namun, perlu dicatat bahwa pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan tiga tahun terakhir (2021-2023) yaitu 16.26%.
Pertumbuhan tertinggi dalam lima tahun terakhir terjadi pada tahun 2023, mencapai 19,59%. Sementara itu, penurunan terdalam terjadi pada tahun 2020 akibat pandemi Covid-19, dengan kontraksi turun 7,53%. Pemulihan ekonomi pasca pandemi terlihat jelas pada tahun 2021 dengan pertumbuhan mencapai 14,91%, diikuti oleh pertumbuhan yang stabil di tahun-tahun berikutnya. Peningkatan signifikan pada tahun 2023 sebesar 19,59% mengindikasikan momentum pemulihan yang kuat, namun sedikit melambat pada tahun 2024.
(Baca: PDRB ADHB Sektor Angkutan Udara Periode 2013-2024)
Secara regional di Pulau Jawa, DKI Jakarta menempati peringkat kedua dalam kontribusi PDRB sektor transportasi dan pergudangan pada tahun 2024. Peringkat ini tidak berubah dibandingkan tahun sebelumnya. Nilai PDRB DKI Jakarta juga berada di urutan kedua secara nasional setelah Jawa Barat. Anomali terjadi pada tahun 2020 saat pandemi, dengan penurunan pertumbuhan signifikan dibandingkan tren positif sebelumnya.
Kenaikan tertinggi PDRB sektor transportasi dan pergudangan di DKI Jakarta dari data historis terjadi pada tahun 2023, dengan pertumbuhan 19,59%. Sementara penurunan terendah terjadi pada tahun 2020 dengan kontraksi turun 7,53%. Kondisi ini mencerminkan fluktuasi yang cukup signifikan akibat dampak pandemi terhadap sektor ekonomi.
Data menunjukkan bahwa sektor transportasi dan pergudangan di DKI Jakarta cukup fluktuatif dalam beberapa tahun terakhir. Setelah kontraksi pada tahun 2020, sektor ini mengalami pemulihan yang kuat pada tahun 2021 dan 2023, namun sedikit melambat pada tahun 2024. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor ini masih rentan terhadap guncangan ekonomi eksternal.
Jawa Barat
Jawa Barat menempati posisi puncak di Pulau Jawa dengan nilai PDRB sektor transportasi dan pergudangan mencapai Rp 176,28 triliun. Pertumbuhan yang dialami sebesar 13,66%, mengungguli DKI Jakarta. Posisi Jawa Barat juga merupakan yang teratas secara nasional. Nilai ini menunjukkan keunggulan Jawa Barat dalam sektor transportasi dan pergudangan dibandingkan dengan provinsi lainnya di Pulau Jawa. Pertumbuhan ini didukung oleh infrastruktur yang memadai dan aktivitas ekonomi yang tinggi di wilayah tersebut. Secara persentase, pertumbuhan Jawa Barat lebih tinggi dibandingkan DKI Jakarta, menegaskan posisinya sebagai pemimpin di sektor ini.
(Baca: Umur Harapan Hidup Periode 2013-2024)
DKI Jakarta
DKI Jakarta berada di peringkat kedua di Pulau Jawa, dengan nilai PDRB sebesar Rp 166,93 triliun dan pertumbuhan 9,93%. Peringkat ini sejalan dengan posisi DKI Jakarta sebagai pusat ekonomi dan bisnis utama di Indonesia. Pertumbuhan ini menunjukkan kontribusi signifikan DKI Jakarta dalam sektor transportasi dan pergudangan. Meskipun berada di bawah Jawa Barat dalam hal nilai dan pertumbuhan, DKI Jakarta tetap menjadi pemain kunci dalam sektor ini dengan kontribusi yang besar terhadap ekonomi nasional.
Jawa Timur
Jawa Timur menempati urutan ketiga di Pulau Jawa, dengan nilai PDRB sektor transportasi dan pergudangan sebesar Rp 132,25 triliun. Pertumbuhan yang dicapai sebesar 10,98%. Posisi Jawa Timur menunjukkan bahwa sektor ini juga memiliki peran penting dalam perekonomian wilayah tersebut. Dengan infrastruktur yang terus berkembang, Jawa Timur memiliki potensi untuk meningkatkan kontribusinya dalam sektor transportasi dan pergudangan. Pertumbuhan yang stabil menunjukkan bahwa sektor ini memiliki daya tahan yang baik.
Banten
Banten menempati peringkat keempat di Pulau Jawa, dengan nilai PDRB sektor transportasi dan pergudangan sebesar Rp 100,20 triliun. Pertumbuhan yang dicapai sebesar 10,64%. Posisi ini menunjukkan bahwa Banten memiliki peran yang signifikan dalam mendukung aktivitas transportasi dan pergudangan di wilayah sekitarnya. Dengan lokasinya yang strategis, Banten memiliki potensi untuk terus mengembangkan sektor ini. Pertumbuhan yang stabil mengindikasikan bahwa Banten dapat bersaing dengan provinsi lain di Pulau Jawa.
Jawa Tengah
Jawa Tengah berada di urutan kelima di Pulau Jawa, dengan nilai PDRB sektor transportasi dan pergudangan sebesar Rp 74,44 triliun dan pertumbuhan 7,05%. Meskipun berada di urutan terakhir, Jawa Tengah tetap memiliki kontribusi yang signifikan dalam sektor ini. Pertumbuhan ini menunjukkan potensi yang belum sepenuhnya tergali di wilayah tersebut. Dengan fokus pada pengembangan infrastruktur dan peningkatan efisiensi, Jawa Tengah memiliki peluang untuk meningkatkan kontribusinya dalam sektor transportasi dan pergudangan.