Survei Bank Indonesia (BI) melaporkan permintaan kredit atau pembiayaan korporasi tumbuh positif, meski melambat dari bulan sebelumnya. BI mencatat permintaan pembiayaan korporasi pada Agustus sebesar 17,9 persen lebih rendah dari SBT Juli 2022 sebesar 20,5 persen.
SBT merupakan jawaban responden survei BI dikalikan dengan bobot kreditnya, selanjutnya dihitung selisih antara persentase responden yang memberikan jawaban meningkat dan menurun.
Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan, kebutuhan pembiayaan terutama dipenuhi dari dana sendiri, diikuti oleh pemanfaatan fasilitas kelonggaran tarik.
"Sementara itu, pembiayaan yang bersumber dari pinjaman ke perbankan dalam negeri terindikasi meningkat," ujarnya, Jumat (16/9).
Pelambatan korporasi tersebut didorong oleh perlambatan kebutuhan pembiayaan, antara lain sektor pertanian, perdagangan, dan infokom. Menurut BI, hal itu disebabkan dampak penurunan kegiatan operasional karena lemahnya permintaan domestik.
Sementara itu, penyaluran kredit baru oleh perbankan pada Agustus 2022 terindikasi tumbuh lebih tinggi dari bulan sebelumnya, sejalan dengan indikasi meningkatnya permintaan pembiayaan dari korporasi ke perbankan dalam negeri. Berdasarkan survei, faktor utama yang memengaruhi perkiraan penyaluran kredit baru tersebut yaitu permintaan pembiayaan dari nasabah serta prospek kondisi moneter dan ekonomi ke depan. Sementara itu, untuk keseluruhan periode triwulan III 2022, penawaran penyaluran kredit baru juga diprakirakan tumbuh positif meski sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya.
Di sisi rumah tangga, permintaan pembiayaan baru terindikasi relatif stabil pada Agustus 2022. Mayoritas rumah tangga memilih bank umum sebagai sumber utama penambahan pembiayaan dengan jenis pembiayaan yang diajukan mayoritas berupa Kredit Multi Guna. Adapun sumber pembiayaan lainnya yang menjadi preferensi responden untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan adalah antara lain koperasi dan leasing.
(baca: Permintaan Pembiayaan Korporasi Kembali Meningkat di Juli 2022)