Kebanyakan perempuan di Indonesia belum pernah melakukan skrining kanker serviks. Fenomena ini terpotret dalam laporan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) yang digelar Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada 2023.
Tercatat, mayoritas atau 92,2% responden dari penduduk perempuan yang sudah pernah menikah berusia 15 tahun ke atas tidak pernah melakukan tes deteksi kanker serviks berupa papsmear atau tes inspeksi visual asam asetat (IVA).
Sementara, hanya 3,7% responden yang melakukan skrining kanker serviks minimal setahun sekali, lalu 4,1% responden melakukannya lebih dari satu tahun sekali.
Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengatakan, salah satu cara untuk mengatasi kanker serviks di Indonesia adalah dengan melakukan skrining sedini mungkin.
“Salah satu penyebab kematian tertinggi untuk kanker wanita di Indonesia adalah kanker serviks. Skrining kanker serviks sebagai salah satu modalitas utama untuk menanggulangi tingginya angka kematian kanker serviks di Indonesia,” kata Dante, dilansir dari laman Kemenkes, Jumat (2/2/2024).
Kemenkes juga melakukan sejumlah strategi seperti memberikan vaksinasi HPV kepada anak-anak perempuan usia sekolah.
Selain itu, Kemenkes juga menargetkan dapat melakukan skrining terhadap 75% dari seluruh perempuan berusia 30-69 tahun. Skrining dilakukan menggunakan metode pemeriksaan DNA HPV dengan protokol klinis yang sesuai.
(Baca: Ini 10 Provinsi Terdepan dalam Deteksi Dini Kanker Rahim dan Payudara)