Kementerian Pertanian mencatat produksi buncis di Kalimantan Tengah pada tahun 2024 sebesar 1089.34 ton. Angka ini menunjukkan penurunan sedikit dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu turun 7.92%. Data historis menunjukkan bahwa produksi buncis di Kalimantan Tengah fluktuatif dalam 24 tahun terakhir. Fluktuatif artinya produksi pernah mengalami kenaikan dan penurunan dari tahun ke tahun.
Jika dibandingkan dengan rata-rata produksi 3 tahun terakhir (2021-2023) sebesar 1949 ton, produksi buncis tahun 2024 mengalami penurunan yang signifikan. Namun, jika dibandingkan dengan rata-rata 5 tahun terakhir (2019-2023) sebesar 1825.4 ton, penurunan ini masih cukup besar. Produksi tertinggi dalam periode tersebut terjadi pada tahun 2022 dengan 2927 ton.
(Baca: Harga Gas Alam Dunia Turun Menuju Level US$3,95 /Mmbtu (Selasa, 30 Desember 2025))
Dalam 5 tahun terakhir, ranking produksi buncis Kalimantan Tengah secara nasional fluktuatif. Peringkat terendah terjadi pada tahun 2010, yaitu peringkat ke-26. Kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2020 dengan pertumbuhan 61.38%. Penurunan terendah terjadi pada tahun 2004 dengan pertumbuhan 21.25%.
Di Pulau Kalimantan, produksi buncis Kalimantan Tengah menduduki peringkat ke-4 pada tahun 2024. Nilai ini sama dengan tahun 2023. Provinsi dengan produksi buncis tertinggi di Kalimantan adalah Kalimantan Barat dengan nilai 441.52 ton dan menduduki ranking 23 se-Indonesia.
Anomali terlihat pada tahun 2003, di mana terjadi penurunan yang signifikan turun 80.86%. Jika dibandingkan dengan 3 tahun sebelumnya, penurunan ini sangat tajam. Hal ini menunjukkan adanya faktor khusus yang mempengaruhi produksi buncis pada tahun tersebut, yang berbeda dari tren umum dalam beberapa tahun terakhir.
Sulawesi Utara
Sulawesi Utara menempati peringkat ke-17 secara nasional, dengan nilai produksi buncis mencapai 1393.16 ton. Meskipun menempati posisi yang cukup baik di tingkat nasional, provinsi ini mengalami penurunan produksi turun 18.72% dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan ini mengindikasikan adanya tantangan dalam mempertahankan atau meningkatkan produksi buncis di Sulawesi Utara. Di tingkat pulau, Sulawesi Utara menduduki peringkat ke-2.
(Baca: Harga Komoditas Nikel untuk Kontrak 3 Bulan ke Depan Naik Menuju Level US$16.075 /Ton (Senin, 29 Desember 2025))
Sulawesi Tengah
Sulawesi Tengah berada di peringkat ke-18 secara nasional, dengan total produksi buncis sebesar 1199.22 ton. Secara regional di pulau Sulawesi, provinsi ini menduduki peringkat ke-3. Namun, Sulawesi Tengah mengalami penurunan produksi turun 6.89% dibandingkan tahun sebelumnya, menunjukkan adanya fluktuasi dalam sektor pertanian buncis di daerah ini.
Nusa Tenggara Barat
Dengan produksi buncis sebesar 1090.44 ton, Nusa Tenggara Barat menempati peringkat ke-19 secara nasional. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, terjadi penurunan produksi yang cukup signifikan, yaitu turun 61.58%. Penurunan ini menempatkan NTB di peringkat ke-3 untuk wilayah Nusa Tenggara dan Bali. Kondisi ini menunjukkan perlunya perhatian khusus terhadap sektor pertanian buncis di NTB.
Maluku
Maluku mencatatkan produksi buncis sebesar 918.65 ton, menduduki peringkat ke-21 secara nasional. Provinsi ini mengalami pertumbuhan positif sebesar 3.45% dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan upaya yang berhasil dalam meningkatkan produksi buncis di Maluku. Namun, secara regional, Maluku menempati peringkat pertama di wilayahnya, menunjukkan potensi yang belum sepenuhnya tergali.
Kalimantan Barat
Kalimantan Barat mencatatkan produksi buncis sebesar 799.04 ton dan menduduki peringkat ke-22 secara nasional. Provinsi ini mengalami penurunan produksi yang cukup signifikan turun 34.93%. Penurunan ini menempatkan Kalimantan Barat di peringkat ke-5 di wilayah Kalimantan, menunjukkan adanya tantangan dalam menjaga stabilitas produksi buncis.
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Bangka Belitung berada di peringkat ke-23 secara nasional, dengan nilai produksi buncis mencapai 441.52 ton. Provinsi ini mengalami penurunan produksi yang sangat signifikan turun 60.82%. Di tingkat pulau, Kepulauan Bangka Belitung menempati peringkat ke-7. Penurunan ini mengindikasikan adanya masalah serius dalam sektor pertanian buncis di daerah ini.