Keterisian RS di 5 Provinsi Melebihi 70%

Layanan konsumen & Kesehatan

Lite

Dimas Jarot Bayu 28/01/2021 11:20 WIB

URL telah disalin

Memuat...

Angka Keterpakaian Tempat Tidur RS di 34 Provinsi

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Akses single data

Keterisian RS di 5 Provinsi Melebihi 70%

Ingin mendapatkan akses Data Stories lebih banyak dengan harga lebih ekonomis? Silakan berlangganan.

Dengan berlangganan, Anda ikut membantu kami untuk menyajikan data berkualitas.

Dapatkan:

Akses Data Stories premium
Kenyamanan membaca tanpa iklan
Unduh data dalam format XLS, PDF, dan gambar/image
Akses ke informasi sumber data

Lihat lebih lengkap

Basic

~~Rp100.000~~

Rp50.000/bulan

Professional

~~Rp100.000~~

Rp150.000/bulan

Institutional Untuk organisasi

Hubungi Kami

Kami menerima pembayaran berikut:

Beberapa metode pembayaran masih dalam proses aktivasi.

Angka Keterpakaian Tempat Tidur RS di 34 Provinsi

Unduh

Sumber

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mencatat, masih ada lima provinsi yang memiliki angka keterpakaian tempat tidur rumah sakit (RS) di atas 70% hingga 25 Januari 2021. Kelima provinsi tersebut berada di wilayah Jawa-Bali.

Secara rinci, angka keterpakaian tempat tidur RS di Jakarta tercatat sebesar 84%. Posisi Jakarta disusul Banten dengan angka keterpakaian tempat tidur RS mencapai 77%.

(Baca: Indonesia Capai 1 Juta Kasus Covid-19 Kurang dari Setahun)

Yogyakarta berada di urutan ketiga dengan angka keterpakaian tempat tidur RS mencapai 76%. Kemudian, Jawa Barat memiliki angka keterpakaian tempat tidur RS sebesar 72%. Sementara di Bali, angka keterpakaian tempat tidur RS mencapai 70%.

Keterisian tempat tidur RS yang lebih dari 70% mengindikasikan makin darurat ruang perawatan Covid-19. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa kasus Covid-19 di daerah-daerah tersebut belum melandai.

Oleh karena itu, penting bagi masyarakat tetap menerapkan protokol 3M (mencuci tangan dengan sabun, memakai masker, dan menjaga jarak dari kerumunan) untuk memutus penularan virus corona.

Editor : Muhammad Ahsan Ridhoi