Ada 2 Ribu Kasus Suspek Campak di Sumenep sampai Agustus 2025

Menurut data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), ada 2.139 kasus suspek atau terduga campak di Kabupaten Sumenep, Pulau Madura, Provinsi Jawa Timur, sejak awal tahun sampai 24 Agustus 2025.

Setiap bulannya ada lebih dari 150 kasus suspek campak yang ditemukan di Sumenep, dengan kasus paling banyak tercatat pada Juli 2025, seperti terlihat pada grafik.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep Ellya Fardasah, mayoritas atau 89% suspek campak di Sumenep tidak mendapat imunisasi.

Kemudian 5% suspek tidak mendapat imunisasi campak rubella (MR) dua dosis, 4% tidak diimunisasi MR 1 dosis, dan 2% lainnya tidak diketahui.

"Ini menunjukkan adanya kesenjangan cakupan vaksinasi pada populasi berisiko serta memperkuat urgensi penguatan imunisasi dasar pada anak usia dini," kata Ellya dalam konferensi pers secara daring, Selasa (26/8/2025).

Adapun gejala campak yang ditemukan di Sumenep berupa ruam (100%), demam (100%), batuk (98,6%), pilek (89,2%), mata merah (20,2%), dan diare (3,1%).

Menurut Anggraini Alam dari Komite Ahli Imunisasi, campak dapat menyebabkan komplikasi penyakit serius, seperti pneumonia, diare berat, radang otak, hingga penyakit syaraf fatal yang muncul bertahun-tahun setelah infeksi campak pada usia anak.

"Karena itu, imunisasi harus diberikan tepat waktu. Imunisasi MR dosis pertama diberikan pada usia 9 bulan dan dosis kedua pada usia 18 bulan. Bila belum lengkap, segera lengkapi tanpa menunggu ada kasus di sekitar," kata Anggraini.

(Baca: 46 Wilayah di Indonesia Alami KLB Campak, Ini Sebarannya)