Efek Buruk Penggunaan Ponsel Berlebih yang Dirasakan Warga RI

Layanan konsumen & Kesehatan

Premium

Nabilah Muhamad 30/06/2025 18:59 WIB

URL telah disalin

Memuat...

Menurut survei Litbang Kompas, 67% responden di Indonesia pernah mengalami gangguan fisik akibat terlalu lama menggunakan ponsel.

Efek Buruk Penggunaan Ponsel Berlebih yang Dirasakan Responden di Indonesia (April 2025)

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Anda mengakses konten Single Data Premium.
Untuk meneruskan, silakan berlangganan, atau beli secara satuan.

Professional

Nikmati akses premium dengan harga yang lebih terjangkau.

Mulai dari

~~Rp300.000~~ 150.000/bulan

Akses lebih banyak konten premium dan fitur eksklusif khusus pelanggan.

Mulai dari

50.000/bulan

Hanya Rp833 per artikel

Lebih detail »

Beli Satuan

Langsung baca artikel “Efek Buruk Penggunaan Ponsel Berlebih yang Dirasakan Warga RI”.

Rp10.000

Kami menerima pembayaran berikut:

Beberapa metode pembayaran masih dalam proses aktivasi.

Efek Buruk Penggunaan Ponsel Berlebih yang Dirasakan Responden di Indonesia (April 2025)

Unduh

Sumber

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Menurut survei Litbang Kompas, sebanyak 54% responden masyarakat Indonesia pernah mengalami dampak buruk karena terlalu lama melihat layar ponsel.

Dari kelompok tersebut, 67,78% mengalami gangguan fisik, seperti mata merah, sakit punggung dan leher, malas gerak, hingga pola makan terganggu.

Lalu 23,33% merasakan gangguan psikis seperti stres, susah berkonsentrasi, cemas, dan susah tidur. Sementara 8,84% malas bersosialisasi karena penggunaan ponsel yang berlebihan.

Survei ini melibatkan 510 responden dari 54 kota di 38 provinsi yang dipilih secara acak. Pengambilan data dilakukan pada 21-24 April 2025 melalui wawancara telepon.

(Baca: Mayoritas Warga Indonesia Akses Internet untuk Hiburan)

Adapun menurut Wakil Dekan Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro, Jati Ariati, seseorang yang terlalu banyak mengonsumsi konten internet yang bersifat "receh", cepat, dan dangkal bisa membuatnya malas berpikir secara mendalam.

Hal itu juga kerap disebut sebagai brain rot, yang menggambarkan kondisi kelebihan beban kognitif akibat aktivitas digital tanpa makna, seperti scrolling media sosial tanpa tujuan.

"Tidak hanya dari segi durasi, jenis kontennya juga. Konsumsi konten semacam ini bisa mencederai cara kita berpikir. Istilah formalnya intellectual deficiency atau penurunan intelektual,” kata Jati, dilansir Harian Kompas, Sabtu (28/6/2025).

(Baca: Daftar Tujuan Penggunaan AI bagi Anak Muda Asia Tenggara 2024)

Editor : Adi Ahdiat