Menurut laporan 2025 Global Sleep Survey dari Resmed, perusahaan teknologi kesehatan asal Australia, sebagian masyarakat global memiliki kualitas tidur yang buruk.
"Sekitar sepertiga responden mengalami masalah seperti sulit tidur (34%) atau sulit terbangun (29%) selama tiga hari atau lebih per minggu," kata Resmed dalam laporannya.
Resmed juga menemukan, mayoritas atau 57% merasa gangguan tidur mereka disebabkan oleh stres. Faktor ini paling banyak dirasakan responden di India (69%), Korea Selatan (67%), Thailand (65%), Singapura (65%), dan Jerman (61%).
Faktor lain yang membuat kualitas tidur masyarakat global buruk adalah kecemasan dengan persentase 46%. Menurut Resmed, Gen Z paling rentan dengan masalah ini.
"Gen Z adalah yang paling banyak menyebutkan kecemasan sebagai faktor pengganggu tidur (53%)," kata mereka.
Ada juga responden yang merasa kualitas tidurnya dipengaruhi tekanan finansial (31%), kondisi kesehatan mental (17%), dan masalah dalam keluarga atau hubungan personal (15%).
Gangguan tidur akibat kesehatan mental paling banyak dirasakan responden di China (24%) dan Jepang (23%).
Sementara faktor masalah keluarga atau hubungan banyak dirasakan responden yang berpisah atau bercerai dengan pasangannya (19%).
Resmed melakukan survei ini pada 12-28 Desember 2024, dengan melibatkan 30.026 responden dari 13 negara. Responden di setiap negara diasumsikan merepresentasikan gender dan usia populasi secara proporsional.
(Baca: Berapa Lama Durasi Tidur Orang Indonesia? Ini Hasil Surveinya)