Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat PDRB ADHK Sektor Pertambangan Bijih Logam Provinsi Banten pada tahun 2024 sebesar Rp 674,07 miliar. Angka ini menunjukkan penurunan sebesar 17,99% dibandingkan tahun 2023 yang mencapai Rp 821,96 miliar. Jika dibandingkan dengan rata-rata PDRB selama tiga tahun terakhir (2022-2024) yang sebesar Rp 895,18 miliar, kinerja sektor ini pada tahun 2024 mengalami penurunan.
Secara historis, PDRB sektor ini di Banten mengalami fluktuasi. Kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2011 dengan pertumbuhan 9,72%, sedangkan penurunan terdalam tercatat pada tahun 2023 turun 30,9%. Dalam lima tahun terakhir (2020-2024), terlihat adanya tren penurunan yang signifikan, terutama dalam dua tahun terakhir. Hal ini mengindikasikan adanya tantangan yang dihadapi sektor pertambangan bijih logam di Banten. Anomali terjadi pada tahun 2023 ketika penurunan terendah melampaui penurunan dalam 5 tahun terakhir.
(Baca: PDRB ADHB di Kabupaten Penajam Paser Utara Menurut Sektor pada 2024)
Pada tahun 2024, Banten menempati peringkat ke-2 di Pulau Jawa untuk PDRB sektor pertambangan bijih logam. Peringkat ini sama dengan tahun sebelumnya. Sementara itu, secara nasional, Banten berada di peringkat ke-16. Nilai PDRB Banten terpaut cukup jauh dibandingkan dengan provinsi lain di Jawa. Ini menunjukkan potensi yang belum sepenuhnya tergali di sektor ini.
Dibandingkan dengan rata-rata PDRB selama lima tahun terakhir (2019-2023) yang sebesar Rp 1515,89 miliar, kinerja sektor ini pada tahun 2024 juga menunjukkan penurunan. Hal ini mengindikasikan perlunya evaluasi menyeluruh terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja sektor pertambangan bijih logam di Banten agar dapat kembali berkontribusi secara optimal terhadap perekonomian daerah.
Penurunan ini mengindikasikan perlunya perhatian lebih lanjut dari pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan untuk mengidentifikasi dan mengatasi kendala yang ada, serta merumuskan strategi yang tepat untuk mendorong pertumbuhan sektor pertambangan bijih logam di Banten.
Papua Barat Daya
Papua Barat Daya menempati peringkat ke-13 secara nasional dan kedua di pulau Papua dengan nilai PDRB Rp 1042,52 miliar. Pertumbuhan ekonomi Papua Barat Daya menunjukkan angka positif sebesar 1,05%. Dibandingkan dengan wilayah lain di Papua, nilai PDRB ini cukup menjanjikan, meskipun perlu diperhatikan fluktuasi yang mungkin terjadi ke depannya.
(Baca: PDB Paritas Data Beli (PPP) VIetnam 2015 - 2024)
Kalimantan Utara
Dengan nilai PDRB sebesar Rp 904,95 miliar, Kalimantan Utara menduduki peringkat ke-14 secara nasional dan ketiga di pulau Kalimantan. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan angka negatif turun 11,56%. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, Kalimantan Utara mengalami penurunan PDRB, yang perlu menjadi perhatian khusus untuk meningkatkan kembali kinerja sektor pertambangan bijih logam.
Jawa Barat
Jawa Barat menduduki peringkat ke-15 secara nasional dan pertama di pulau Jawa dengan nilai PDRB Rp 783,39 miliar. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan angka negatif turun 16,7%. Penurunan ini cukup signifikan dibandingkan dengan wilayah lain di Jawa, sehingga perlu ada upaya lebih lanjut untuk menstabilkan dan meningkatkan PDRB sektor ini di Jawa Barat.
Kalimantan Selatan
Kalimantan Selatan menempati peringkat ke-17 secara nasional dan keempat di pulau Kalimantan dengan nilai PDRB Rp 521,06 miliar. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan angka negatif turun 1,45%. Meski tidak terlalu besar, penurunan ini tetap perlu diperhatikan untuk menjaga stabilitas PDRB sektor pertambangan bijih logam di Kalimantan Selatan.
Jawa Timur
Jawa Timur menduduki peringkat ke-18 secara nasional dan ketiga di pulau Jawa dengan nilai PDRB Rp 485,61 miliar. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan angka negatif turun 1,11%. Penurunan yang sedikit ini tetap menjadi perhatian agar tidak berlanjut di masa depan, dengan upaya menjaga dan meningkatkan kinerja sektor pertambangan bijih logam di Jawa Timur.
Aceh
Aceh berada di peringkat ke-19 secara nasional dan keempat di pulau Sumatera dengan nilai PDRB Rp 465,18 miliar. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan angka negatif turun 3,15%. Dibandingkan dengan wilayah lain di Sumatera, PDRB Aceh relatif stabil, namun tetap perlu ada upaya untuk meningkatkan kinerja sektor pertambangan bijih logam agar dapat berkontribusi lebih besar terhadap perekonomian daerah.