Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi (Mom) sub kelompok pengoperasian peralatan transportasi pribadi di Kota Sukabumi pada Juli 2025 turun 0.25 persen.
Data historis menunjukkan fluktuasi inflasi di Kota Sukabumi. Pada bulan Juli 2025, terjadi penurunan dibandingkan bulan sebelumnya. Terlihat fluktuasi dimana ada kalanya naik atau turun, kondisi ini tergambar dari data yang ada. Inflasi menunjukkan pertumbuhan negatif. Kenaikan tertinggi terjadi pada Oktober 2022 yaitu 15.77 persen, sebuah anomali dibandingkan bulan-bulan lainnya. Sementara penurunan terendah terjadi pada Maret 2023 yaitu -0.76 persen.
(Baca: Rata-Rata Pengeluaran Perkapita Sebulan untuk Sabun Mandi di Kab. Banyuwangi 2018 - 2024)
Rata-rata inflasi dalam tiga bulan terakhir (Mei-Juli 2025) adalah 0.07 persen. Kondisi ini lebih baik dibandingkan rata-rata lima bulan terakhir (Maret-Juli 2025) yang sebesar 0.03 persen. Lima bulan terakhir, kenaikan tertinggi terjadi pada April 2025 yaitu 0.33 persen dan penurunan terendah terjadi pada Maret 2025 yaitu -0.7 persen.
Secara peringkat di Pulau Jawa, Kota Sukabumi berada di urutan ke-15. Sementara secara nasional, Kota Sukabumi berada di urutan ke-68.
Kenaikan tertinggi inflasi sub kelompok ini dalam data historis terjadi pada Oktober 2022 dengan nilai 15.77 persen. Sementara penurunan terendah terjadi pada Maret 2023 dengan nilai -0.76 persen. Anomali kenaikan pada Oktober 2022 perlu dicermati lebih lanjut, karena jauh melampaui fluktuasi bulanan lainnya.
Kota Mataram
Kota Mataram menduduki urutan ke-4 di Pulau Nusa Tenggara dan Bali untuk nilai inflasi dibandingkan bulan sebelumnya. Nilai inflasi Kota Mataram tercatat sebesar 0.33 persen. Pertumbuhan inflasi di kota ini turun 273.68 persen. Dengan nilai yang sama dengan bulan lalu, Kota Mataram menunjukkan stabilitas dalam inflasi pengoperasian transportasi pribadi. Ini menjadi indikasi menarik mengingat dinamika fluktuasi yang terjadi di wilayah lain. Urutan ke-68 seindonesia mencerminkan posisi yang cukup moderat di antara kota-kota lainnya.
(Baca: Statistik Penduduk Beragama Protestan di Jawa Tengah 2015-2024)
Kabupaten Badung
Kabupaten Badung, yang juga berada di Pulau Nusa Tenggara dan Bali, memiliki nilai inflasi yang sama dengan Kota Mataram, yaitu 0.33 persen. Kabupaten Badung juga menempati urutan ke-4 di pulaunya. Pertumbuhan inflasi di Kabupaten Badung tercatat turun 31.25 persen. Nilai ini mengindikasikan adanya dinamika yang berbeda dibandingkan dengan Kota Mataram. Kendati demikian, kesamaan nilai inflasi menunjukkan adanya faktor-faktor serupa yang mempengaruhi biaya operasional transportasi pribadi di kedua wilayah. Urutan ke-68 seindonesia menunjukkan posisi yang serupa dengan Kota Mataram.
Kabupaten Rembang
Kabupaten Rembang, yang berada di Pulau Jawa, mencatatkan nilai inflasi 0.32 persen. Kabupaten ini menduduki urutan ke-29 di Pulau Jawa. Pertumbuhan inflasi di Kabupaten Rembang turun 260 persen. Nilai ini mengindikasikan adanya tekanan inflasi yang cukup signifikan dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Urutan ke-71 seindonesia menunjukkan bahwa Kabupaten Rembang memiliki tingkat inflasi yang relatif tinggi dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia.
Kabupaten Gunung Kidul
Kabupaten Gunung Kidul, juga berada di Pulau Jawa, memiliki nilai inflasi yang sama dengan Kabupaten Rembang, yaitu 0.32 persen. Kabupaten ini menempati urutan ke-29 di Pulau Jawa. Pertumbuhan inflasi di Kabupaten Gunung Kidul turun 455.56 persen. Ini menjadi yang tertinggi dibandingkan yang lain. Nilai ini menunjukkan adanya tekanan inflasi yang lebih besar dibandingkan dengan Kabupaten Rembang. Urutan ke-71 seindonesia menunjukkan posisi yang sama dengan Kabupaten Rembang.
Kota Lhokseumawe
Kota Lhokseumawe, yang terletak di Pulau Sumatera, mencatatkan nilai inflasi 0.32 persen. Kota ini menduduki urutan ke-15 di Pulau Sumatera. Pertumbuhan inflasi di Kota Lhokseumawe turun 260 persen. Urutan ke-71 seindonesia menempatkan kota ini pada posisi dengan tekanan inflasi yang relatif tinggi dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia. Data ini menyoroti adanya dinamika ekonomi yang perlu dicermati lebih lanjut di Kota Lhokseumawe.