Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin di Banten pada 2025 sebanyak 772.780 jiwa. Terjadi penurunan dibandingkan tahun 2024 sebesar 4.710 jiwa. Secara persentase, penurunan ini turun 0.61%. Meski demikian, angka ini menunjukkan adanya dinamika fluktuatif, karena sempat mengalami kenaikan signifikan pada tahun 2020 dan 2021.
Jika dibandingkan dengan rata-rata tiga semester terakhir (2023-2025), jumlah penduduk miskin di Banten mengalami penurunan. Rata-rata jumlah penduduk miskin dalam tiga semester terakhir adalah 812.493 jiwa. Angka ini lebih tinggi dari jumlah penduduk miskin pada 2025. Hal ini menunjukkan adanya perbaikan dalam upaya pengentasan kemiskinan di Banten. Jika dibandingkan dengan 5 semester terakhir, rata-rata berada di angka 813.556 jiwa, menunjukkan penurunan lebih baik dalam pengentasan kemiskinan dalam kurun waktu tersebut.
(Baca: Statistik Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Buol 2015-2024)
Secara ranking di Pulau Jawa, Banten berada di peringkat ke-4. Untuk ranking secara nasional, Banten berada di posisi ke-8. Pada semester terakhir, Jawa Barat menduduki peringkat pertama dengan nilai tertinggi, diikuti Jawa Timur dan Jawa Tengah. Dibandingkan dengan provinsi lain di Pulau Jawa, Banten masih perlu berupaya lebih keras untuk menurunkan angka kemiskinan.
Kenaikan tertinggi jumlah penduduk miskin di Banten berdasarkan data historis terjadi pada tahun 2020, yaitu sebesar 134.570 jiwa. Sementara penurunan terendah terjadi pada tahun 2017, yaitu turun 370 jiwa. Anomali terjadi pada periode 2020-2021 di mana terjadi kenaikan signifikan, berbeda dengan kecenderungan penurunan pada periode sebelumnya dan sesudahnya.
Anomali ini mengindikasikan adanya faktor eksternal yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Banten, seperti pandemi Covid-19 yang terjadi pada tahun 2020. Kondisi ini perlu menjadi perhatian khusus bagi pemerintah daerah untuk mengambil langkah-langkah strategis dalam mengatasi dampak pandemi terhadap kemiskinan.
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur menempati peringkat pertama di antara provinsi-provinsi di Nusa Tenggara dan Bali. Nilai jumlah penduduk miskin di provinsi ini mencapai 1.088.780 jiwa dengan pertumbuhan negatif turun 1.73%. Jumlah ini menunjukkan penurunan yang cukup baik dibandingkan tahun sebelumnya. Nilai ini mengungguli wilayah lain di kepulauan Nusa Tenggara dan Bali.
(Baca: Luas Tanaman Kelapa Periode 2013-2024)
Sumatera Selatan
Sumatera Selatan menempati urutan kedua di Pulau Sumatera dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 919.600 jiwa. Terjadi pertumbuhan negatif sejumlah -3.08%. Penurunan yang cukup besar ini menempatkan Sumatera Selatan sebagai salah satu provinsi dengan upaya pengentasan kemiskinan yang cukup berhasil di Sumatera.
Lampung
Lampung berada di peringkat ketiga di Pulau Sumatera dengan 887.020 jiwa penduduk miskin. Pertumbuhan penduduk miskin di Lampung menunjukkan angka negatif -5.57%. Angka ini lebih besar dibandingkan Sumatera Selatan, menunjukkan efektivitas program pengentasan kemiskinan di provinsi ini.
Aceh
Aceh menempati peringkat keempat di Pulau Sumatera dengan jumlah penduduk miskin 704.690 jiwa. Pertumbuhan penduduk miskin di Aceh menunjukkan angka negatif -1.98%. Upaya pengentasan kemiskinan di Aceh berjalan cukup baik, meski tidak sebaik provinsi lain di Sumatera.
Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan berada di peringkat pertama di Pulau Sulawesi dengan 698.130 jiwa penduduk miskin. Pertumbuhan penduduk miskin di Sulawesi Selatan menunjukkan angka negatif -1.92%. Posisi ini menjadikan Sulawesi Selatan sebagai salah satu provinsi dengan tingkat kemiskinan yang cukup rendah di Sulawesi.
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Barat menempati urutan kedua di Nusa Tenggara dan Bali dengan jumlah penduduk miskin 654.570 jiwa. Pertumbuhan penduduk miskin di Nusa Tenggara Barat menunjukkan angka negatif -0.61%. Nilai ini menempatkan Nusa Tenggara Barat di urutan kedua dengan upaya pengentasan kemiskinan terbaik di wilayah Nusa Tenggara dan Bali.