Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat PDRB Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba (LKLS) Nusa Tenggara Timur pada tahun 2024 mencapai Rp 4.986,78 juta. Terjadi pertumbuhan signifikan sebesar 13,79% dibandingkan tahun 2023 yang sebesar Rp 4.382,58 juta. Kenaikan ini menunjukkan peningkatan aktivitas dan peran LKLS di provinsi tersebut dalam mendorong perekonomian.
Jika dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan tiga tahun sebelumnya (2021-2023) sebesar 8,02%, pertumbuhan pada tahun 2024 jauh lebih tinggi. Bahkan, jika dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan lima tahun terakhir (2019-2023) sebesar 7,3%, pertumbuhan tahun 2024 tetap menunjukkan peningkatan yang signifikan. Kenaikan tertinggi dalam lima tahun terakhir terjadi pada tahun 2024, sedangkan kenaikan terendah terjadi pada tahun 2020, di mana terjadi penurunan turun 2,3%.
(Baca: Statistik Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Klaten 2015-2024)
Secara ranking di wilayah Nusa Tenggara dan Bali, Nusa Tenggara Timur menempati peringkat ke-2 pada tahun 2024, setelah sebelumnya selalu berada di peringkat pertama selama beberapa tahun terakhir. Secara nasional, Nusa Tenggara Timur berada di peringkat ke-15. Nilai PDRB Konsumsi LKLS Nusa Tenggara Timur pada tahun 2024 menjadi yang tertinggi dalam data historis yang tersedia.
Kenaikan PDRB Konsumsi LKLS tertinggi Nusa Tenggara Timur terjadi pada tahun 2024, dengan pertumbuhan 13,79%. Pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2020 dengan penurunan turun 2,3%, kemungkinan disebabkan oleh dampak pandemi Covid-19 yang membatasi aktivitas lembaga swasta nirlaba. Data ini menunjukkan PDRB Konsumsi LKLS di Nusa Tenggara Timur cenderung fluktuatif dalam beberapa tahun terakhir, namun menunjukkan tren positif dan pertumbuhan yang signifikan pada tahun 2024.
Anomali terjadi pada tahun 2020, dimana PDRB mengalami penurunan signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Namun, pada tahun 2021 PDRB kembali naik. Kenaikan PDRB Konsumsi LKLS di Nusa Tenggara Timur bisa jadi menggambarkan pemulihan aktivitas ekonomi setelah pandemi, dengan peran lembaga swasta nirlaba yang semakin besar dalam mendukung konsumsi dan perekonomian daerah.
Sulawesi Tengah
Sulawesi Tengah mencatatkan PDRB Konsumsi LKLS sebesar Rp 5.238,15 juta, menempatkannya pada peringkat ke-12 secara nasional. Pertumbuhan yang diraih sebesar 15,27% menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Nilai ini juga lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan nasional. Posisi Sulawesi Tengah di Pulau Sulawesi juga cukup baik. Angka ini menunjukkan peran LKLS semakin penting dalam mendorong perekonomian di Sulawesi Tengah. Peningkatan ini perlu dipertahankan dan ditingkatkan lagi.
(Baca: Data Historis Rata - Rata Upah di Bengkulu Periode 2018-2023)
Papua
Dengan nilai PDRB Konsumsi LKLS mencapai Rp 5.143,12 juta, Papua menduduki peringkat ke-13 secara nasional. Namun, terjadi penurunan pertumbuhan turun 10,72% dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini menjadikan Papua menempati urutan pertama di Pulau Papua. Meski terjadi penurunan pertumbuhan, nilai PDRB Konsumsi LKLS di Papua tetap tergolong tinggi dibandingkan beberapa provinsi lain. Evaluasi mendalam perlu dilakukan untuk memahami penyebab penurunan ini dan merumuskan strategi pemulihan.
Aceh
Aceh mencatatkan nilai PDRB Konsumsi LKLS sebesar Rp 5.031,61 juta, menempatkannya pada peringkat ke-14 secara nasional dan urutan kelima di Pulau Sumatera. Pertumbuhan yang signifikan sebesar 17,74% menunjukkan perkembangan positif dan menjadi yang tertinggi diantara provinsi lainnya. Peningkatan ini mencerminkan peran LKLS yang semakin besar dalam mendorong perekonomian Aceh. Potensi ini perlu terus dikembangkan untuk mencapai pertumbuhan yang lebih tinggi.
Sulawesi Utara
Sulawesi Utara dengan nilai PDRB Konsumsi LKLS sebesar Rp 4.918,18 juta menempati peringkat ke-16 secara nasional dan peringkat ketiga di Pulau Sulawesi. Pertumbuhan 19,49%, menjadi yang tertinggi di antara wilayah lain yang diperbandingkan. Peningkatan ini mengindikasikan bahwa sektor LKLS di Sulawesi Utara mengalami perkembangan yang pesat. Keberhasilan ini dapat menjadi contoh bagi provinsi lain untuk meningkatkan peran LKLS dalam perekonomian.
Kalimantan Timur
Kalimantan Timur memiliki nilai PDRB Konsumsi LKLS sebesar Rp 4.668,35 juta, menempatkannya pada peringkat ke-17 secara nasional dan peringkat pertama di Pulau Kalimantan. Pertumbuhan yang diraih sebesar 14,88% menunjukkan perkembangan positif. Hal ini mengindikasikan kontribusi LKLS dalam perekonomian Kalimantan Timur semakin signifikan. Pertumbuhan ini perlu terus dipertahankan dan ditingkatkan untuk mencapai potensi maksimal.
Banten
Banten mencatatkan PDRB Konsumsi LKLS sebesar Rp 4.074,35 juta, menempatkannya pada peringkat ke-18 secara nasional dan urutan keenam di Pulau Jawa. Pertumbuhan yang diraih sebesar 18,04% menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Peningkatan ini mengindikasikan peran LKLS yang semakin besar dalam mendorong perekonomian Banten. Potensi ini perlu terus dikembangkan dan didukung untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan.