Cek Fakta, 1 dari 3 Balita di Indonesia Mengalami Stunting/Kerdil

Layanan konsumen & Kesehatan

Premium

16/01/2019 18:00 WIB

URL telah disalin

Memuat...

Prevalensi Balita Stunting/Kerdil Indonesia (2007-2018)

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Anda mengakses konten Single Data Premium.
Untuk meneruskan, silakan berlangganan, atau beli secara satuan.

Dapatkan lebih banyak konten Premium dan akses ke fitur-fitur khusus buat pelanggan.

Mulai dari

Rp50.000/bulan

Hanya Rp833 per artikel

Lebih detail »

Beli Satuan

Dapatkan akses instan ke artikel “Cek Fakta, 1 dari 3 Balita di Indonesia Mengalami Stunting/Kerdil”.

Rp5.000

Kami menerima pembayaran berikut:

Beberapa metode pembayaran masih dalam proses aktivasi.

Prevalensi Balita Stunting/Kerdil Indonesia (2007-2018)

Unduh

Sumber

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto dalam pidato kebangsaannya yang berlangsung di JCC, Senayan, Jakarta (14/1/2019) menyoroti beberapa hal. Salah satunya adalah 1 dari 3 anak di bawah 5 tahun (balita) mengalami stunting/gagal tumbuh karena kurang protein atau kurang gizi.

Berdasarkan penelusuran Katadata prevalensi baliya stunting di Indonesia pada 2018 mencapai 30,8%. Artinya memang 1 dari 3 balita (1/3 balita) mengalami stunting/kerdil. Data Kementerian Kesehatan mencatat prevalensi stunting tersebut terdiri atas balita yang memiliki badan sangat pendek 11,5% sementara dengan tinggi badan pendek mencapai 19,3%.

Prevalensi balita stunting pada 2018 naik dalam dua tahun terakhir dan berada di level tertingginya sejak 2014. Menurut standar WHO, suatu wilayah dikatakan mengalami masalah gizi akut bila prevalensi bayi stunting lebih dari 20% atau balita kurus di atas 5%. Kurangnya asupan gizi serta pengetahuan orang tua akan pentingnya kesehatan menjadi salah satu penyebab tingginya balita dengan tinggi badan di bawah standar.