Ekspor Pakaian Rajutan Indonesia Bergantung pada Pasar AS

Ketenagakerjaan

Premium

Adi Ahdiat 11/04/2025 14:16 WIB

URL telah disalin

Memuat...

Menurut data BPS, Amerika Serikat (AS) merupakan pasar terbesar bagi ekspor pakaian rajutan Indonesia, dengan pangsa mencapai 68% dari total ekspor nasional.

10 Negara Tujuan Utama Ekspor Pakaian Rajutan Indonesia (2024)

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Anda mengakses konten Single Data Premium.
Untuk meneruskan, silakan berlangganan, atau beli secara satuan.

Professional

Nikmati akses premium dengan harga yang lebih terjangkau.

Mulai dari

~~Rp300.000~~ 150.000/bulan

Akses lebih banyak konten premium dan fitur eksklusif khusus pelanggan.

Mulai dari

50.000/bulan

Hanya Rp833 per artikel

Lebih detail »

Beli Satuan

Langsung baca artikel “Ekspor Pakaian Rajutan Indonesia Bergantung pada Pasar AS”.

Rp10.000

Kami menerima pembayaran berikut:

Beberapa metode pembayaran masih dalam proses aktivasi.

10 Negara Tujuan Utama Ekspor Pakaian Rajutan Indonesia (2024)

Unduh

Sumber

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang 2024 Indonesia mengekspor pakaian rajutan dengan nilai total US$984,64 juta.

Pasar terbesarnya adalah Amerika Serikat (AS) dengan nilai US$670,50 juta. Porsinya lebih dari separuh atau 68% dari total ekspor pakaian rajutan nasional.

Negara lain yang jadi pasar utama ekspor pakaian rajutan Indonesia adalah Jepang, Kanada, Korea Selatan, China, Belanda, Inggris, Jerman, Australia, dan Polandia.

Namun, nilai ekspornya relatif kecil seperti terlihat pada grafik. Bahkan jika digabung, 9 negara tersebut hanya sekitar sepertiga dari nilai pasar AS.

(Baca: Indonesia Lebih Banyak Ekspor ke AS Ketimbang Impor)

Adapun kinerja ekspor pakaian rajutan Indonesia ke pasar AS berisiko terganggu mulai tahun ini.

Pasalnya, pada April 2025 Presiden AS Donald Trump menetapkan tarif bea masuk tinggi, yakni 32%, untuk produk impor asal Indonesia yang hendak dijual di negaranya.

Trump sempat berencana menerapkan tarif tersebut mulai Rabu (9/4/2025). Namun, pada Kamis (10/4/2025) Trump menunda pemberlakuannya.

"Saya telah mengesahkan penundaan selama 90 hari dan penurunan tarif yang substansial selama periode ini, menjadi 10%, yang juga berlaku segera," kata Trump, disiarkan The Associated Press, Kamis (10/4/2025).

(Baca: Terancam Tarif Trump, Ini Produk yang Diimpor AS dari Indonesia)

Editor : Adi Ahdiat