Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki kekayaan laut berlimpah. Adapun salah satu hasil laut Indonesia yang memiliki nilai ekonomi tinggi di pasar global adalah lobster.
Lobster, yang dikenal juga sebagai ‘udang karang' atau 'udang barong’, banyak digemari masyarakat dunia karena rasa dagingnya yang gurih, lembut, dan kaya akan protein.
Lobster hidup di perairan dangkal hingga kedalaman 100-200 meter di bawah permukaan laut, serta tersebar hampir di seluruh perairan Indonesia.
Melansir data Kementerian Kelautan dan Perikanan, berikut 5 provinsi produsen lobster terbesar pada 2020:
1. Jawa Barat
Volume: 552,83 ton
Nilai: Rp74,22 miliar
2. Bengkulu
Volume: 499,89 ton
Nilai: Rp64,84 miliar
3. Aceh
Volume: 385,61 ton
Nilai: Rp95,06 miliar
4. Jawa Timur
Volume: 378,56 ton
Nilai: Rp95,06 miliar
5. Sulawesi Selatan
Volume: 299,14 ton
Nilai: Rp45,08 miliar
Saat ini ada tujuh jenis lobster yang tercatat hidup di perairan Indonesia, yaitu Lobster Batu (Panulirus penicillatus), Lobster Pasir (Panulirus homarus), Lobster Mutiara (Panulirus ornatus), Lobster Bambu (Panulirus versicolor), Lobster Batik (Panulirus longipes), Lobster Pakistan (Panulirus polyphagus), dan Lobster Batik Merah (Panulirus femoristriga).
Menurut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Lobster Mutiara dan Lobster Pasir merupakan jenis yang paling potensial untuk dikembangkan melalui sistem budidaya perikanan di Indonesia.
Namun, hingga saat ini riset dan pengembangan untuk menghasilkan pakan budidaya lobster masih rendah, sehingga produksi lobster Indonesia sebagian besar masih bergantung pada hasil tangkapan di alam.
(Baca Juga: Pelaku Budidaya Ikan Laut Paling Banyak di NTT)