Banyak pebisnis yakin resesi ekonomi akan terjadi dalam waktu dekat. Sebagai antisipasi, banyak pimpinan perusahaan berupaya menguatkan bisnisnya dengan memprioritaskan manajemen sumber daya manusia (SDM) dan digitalisasi.
Hal ini tercermin dalam laporan KPMG 2022 CEO Outlook yang dirilis organisasi akuntansi internasional KPMG pada Oktober 2022.
"Hampir 9 dari 10 CEO percaya bahwa resesi akan terjadi dalam 12 bulan ke depan. Tapi, 3 dari 5 CEO merasa dampak resesi akan ringan dan mayoritasnya memiliki rencana untuk menghadapi kondisi tersebut," jelas KPMG dalam laporannya.
KPMG melakukan survei terhadap 1.325 orang Chief Executive Officer (CEO) atau pejabat eksekutif tertinggi perusahaan swasta yang tersebar di 11 negara, yakni Amerika Serikat, Australia, Kanada, Tiongkok, Prancis, Jerman, India, Italia, Inggris, Jepang, dan Spanyol.
Survei ini dilakukan selama periode Juli-Agustus 2022 terhadap CEO dari perusahaan lintas sektor, mencakup manajemen aset, otomotif, ritel, energi, infrastuktur, asuransi, manufaktur, sampai teknologi dan telekomunikasi.
"Semua responden memiliki pendapatan lebih dari US$500 juta per tahun, dan sepertiga dari perusahaan yang disurvei memiliki pendapatan lebih dari US$10 miliar per tahun," jelas KPMG.
Dari survei ini, KPMG menemukan 25% CEO berupaya mendorong pertumbuhan bisnis di masa depan dengan memprioritaskan manajemen SDM.
Manajemen SDM yang dimaksud berupa proposisi nilai karyawan (employee value proposition), yakni penerapan sistem insentif untuk meningkatkan kinerja karyawan lama sekaligus menarik karyawan baru yang bertalenta tinggi.
Kemudian 25% CEO lain berupaya mendorong pertumbuhan tiga tahun ke depan dengan memprioritaskan pengembangan digitalisasi di seluruh lini bisnisnya.
"Keterampilan yang dibutuhkan tim kami saat ini sudah berubah signifikan karena tantangan bisnis global dan perubahan kondisi yang cepat," kata salah satu CEO yang menjadi responden dalam survei ini.
Selain SDM dan digitalisasi, ada pula CEO yang memprioritaskan adaptasi perusahaan dengan kondisi geoolitik, manajemen aset dari dampak inflasi, serta menerapkan Environmental, Social, and Governance (ESG), yakni standar praktik bisnis yang memerhatikan keberlanjutan lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan yang baik.
"Meski ada tantangan ekonomi dan geopolitik, optimisme akan ekonomi global tiga tahun ke depan meningkat," jelas KPMG.
(Baca: Banyak CEO Optimistis akan Pertumbuhan Ekonomi sampai 2025)