Rusia baru saja menolak untuk memperpanjang kesepakatan Black Sea Grain Initiatives atau Kesepakatan Biji-bijian Laut Hitam, pada Senin 17 Juli 2023 lalu.
Melansir CNBC Indonesia, isi kesepakatan itu di antaranya soal pengangkutan 33 juta metrik ton produk pertanian oleh lebih dari 1.000 kapal yang telah berangkat dari pelabuhan Odessa, Chornomorsk, dan Yuzhny-Pivdennyi di Ukraina.
Perjanjian juga mengatur pengawasan pengangkutan 725.167 ton gandum dengan kapal Food and Agriculture Organization (FAO, PBB) ke beberapa negara paling rawan pangan di dunia, seperti Afghanistan, Ethiopia, Somalia, Sudan, dan Yaman.
Komando yang dikeluarkan Presiden Vladimir Putin untuk menghentikan kesepakatan Black Sea Grain Initiatives bisa membuat pasokan gandum cukup serat sehingga harganya diprediksi semakin mahal.
Lantas, apakah Indonesia terkena dampak dari pengetatan ekspor gandum Rusia?
Berdasarkan Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri Impor April 2023 dari Badan Pusat Statistik (BPS), Rusia bukanlah importir utama biji-bijian gandum dan meslin yang belum digiling.
Pemasok terbesar adalah Australia, dengan volume impor sebanyak hampir 1,30 juta ton sepanjang Januari-April 2023. Kedua adalah Kanada yang mengimpor sebanyak 796,34 ribu ton.
Brasil menempati posisi ketiga dengan volume impor sebanyak 768,14 ribu ton. Keempat, Argentina, sebesar 198,75 ribu ton.
Ukraina justru termasuk pemasok lima besar gandum Indonesia, yang mengirim 189,89 ribu ton. Sementara negara-negara lain diakumulasikan mencapai 36,76 ribu ton.
Secara total, berat bersih gandum dan meslin yang sudah diimpor sepanjang Januari-April 2023 mencapai 3,28 juta ton.
(Baca juga: 10 Negara Penghasil Gandum Terbesar di Dunia, Tiongkok Memimpin)