Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, Indonesia telah mengimpor 326,5 ribu ton beras selama periode Januari-November 2022.
Impor itu didominasi oleh beras hancur alias broken rice, other than of kind used for animal feed (HS 10064090) dengan volume 284,5 ribu ton. Angka ini setara 87,15% dari total impor beras nasional pada periode tersebut.
Selain itu, Indonesia juga mengimpor beras jenis glutinous rice (HS 10063030) sebanyak 26,23 ribu ton atau setara 8,03%. Selanjutnya other fragrant rice (HS 10063070) sebanyak 7,1 ribu ton (2,17%), dan semi-milled or wholly milled rice (HS 10063099) sebanyak 6,55 juta ton (2,01%).
Ada pula impor beras jenis basmati rice (HS 10063050) sebanyak 1,76 ribu ton (0,54%), hom mali rice (HS 10063040) sebanyak 0,3 ribu ton (0,09%), dan beras jenis lainnya 0,01 ribu ton.
Berdasarkan negara asalnya, impor beras Indonesia paling banyak diambil dari India dengan volume mencapai 157,97 ribu ton atau 48,39% dari total impor beras nasional.
Kemudian impor beras terbesar kedua dari Pakistan sebanyak 68,72 ribu ton (21,05%), dari Thailand 51,58 ribu ton (15,8%), Vietnam 44,34 ribu ton (13,58%), dan negara-negara lainnya 3,85 ribu ton (1,18%).
Secara tren, impor beras Indonesia cenderung menurun dalam empat tahun terakhir. Pada 2018, misalnya, nilai impor sepanjang tahun tersebut mencapai 2,25 juta ton.
Jumlah volume impor beras RI pun terus menurun pada 2019 dan 2020 seperti terlihat pada grafik. Meskipun pada 2021 volumenya kembali meningkat, hingga menjelang akhir tahun ini volumenya masih lebih rendah dibandingkan tahun lalu.
(Baca: BPS: Indonesia Impor Beras 301 Ribu Ton sampai Oktober 2022)