Hasil riset Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) dan Dompet Dhuafa pada Mei 2024 menunjukkan, terdapat 56,5% responden guru yang mengaku pernah menggadaikan barang saat ada kebutuhan mendesak. Sementara ada 43,4% guru yang tidak pernah menggadaikan barang.
Bagi guru-guru yang kesulitan sehingga harus menggadaikan barang, emas perhiasan jadi barang yang paling banyak digadai dengan proporsi 38,5% responden.
(Baca juga: 20,5% Guru Honorer Diupah Kurang dari Rp500 Ribu per Bulan)
Barang kedua yakni Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB) kendaraan oleh 14% responden. Ketiga, sertifikat tanah atau rumah sebanyak 13% responden.
Motor juga menjadi 'pintu darurat' ekonomi bagi 11,4% guru-guru yang terdesak. Selanjutnya, emas kawin, yang digadai 4,3% responden guru.
Lalu ada laptop yang digadai 3,9% responden guru; Surat Keputusan (SK) PNS 1,7%; handphone 1,3%; kamera 0,8%. Barang lainnya terhimpun hingga 10,4%.
IDEAS menyebut, meski sejumlah guru menghadapi banyak tantangan seperti diupah tidak layak dan menghadapi kesulitan ekonomi, mereka akan terus mengajar hingga pensiun.
"Sebanyak 93,5% guru menyatakan akan terus mengajar hingga masa pensiun tiba," tulis IDEAS dalam laporan risetnya, Selasa (21/5/2024).
Survei kesejahteraan guru di Indonesia digelar IDEAS dan Dompet Dhuafa pada pekan pertama bulan Mei 2024 dalam rangka Hari Pendidikan Nasional.
Survei yang dilakukan secara daring terhadap 403 responden guru di 25 provinsi memiliki komposisi responden Pulau Jawa sebanyak 291 orang dan luar Jawa 112 orang.
Responden survei terdiri atas 123 orang berstatus sebagai guru PNS, 118 guru tetap yayasan, 117 guru honorer atau kontrak, dan 45 guru PPPK.
(Baca juga: Minim Penghasilan, Banyak Guru Berutang ke Bank hingga Pinjol)