PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk berhasil mencetak laba bersih senilai US$3,76 miliar atau setara Rp57,7 triliun pada Semester I 2022 (Rp15.361/US$). Capaian ini merupakan keuntungan besar yang dibukukan perusahaan maskapai penerbangan nasional itu setelah beberapa tahun sebelumnya merugi.
Angka itu melonjak dari paruh pertama tahun lalu, di mana perseroan memperoleh rugi bersih US$901,65 juta. Perolehan laba bersih emiten berkode GIAA pada semester I 2022 tersebut bahkan merupakan yang tertinggi dalam lima tahun terakhir.
Menurut laporan keuangan perusahaan, Garuda Indonesia mencatatkan pendapatan usaha sebesar US$ 878,70 juta pada semester I 2022. Jumlah ini meningkat 26,11% secara tahunan (year-on-year/yoy) dibandingkan pendapatan usaha pada semester I 2021 yang sebesar US$ 696,80 miliar.
Adapun maskapai milik BUMN itu mencatatkan beban usaha US$1,22 miliar, turun dari periode sama tahun 2021 yang sebanyak US$1,38 miliar.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan, pencapaian positif tersebut berkat restrukturisasi utang pasca putusan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Tercatat, perseoran membukukan pendapatan dari restrukturisasi utang sebanyak US$2,85 miliar pada semester I 2022. Sementara, nilai keuntungan dari restrukturisasi pembayaran mencapai US$1,33 miliar.
“Seiring dengan disahkannya proposal perdamaian melalui putusan homologasi PKPU beberapa waktu lalu turut memperbaiki posisi ekuitas perusahaan,” ujar Irfan dikutip dari Katadata.co.id, Rabu (12/10).
(Baca: Garuda Indonesia Rugi 5 Tahun Berturut-turut sampai 2021)