Nilai tukar rupee Sri Lanka (LKR) ditransaksikan kembali melemah 1,71% ke level 327,4 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (19/4/2022).
Alhasil dalam sebulan terakhir nilai tukar mata uang Sri Lanka telah terdepresiasi 19,39% terhadap dolar AS. Jika dibandingkan dengan posisi akhir 2021, nilai tukar LKR tersebut telah tergerus 63,83% terhadap dolar AS (year to date/ytd). Artinya, mata uang Rupee nilainya telah terpangkas lebih dari separuh sepanjang tahun ini terhadap dolar AS.
Dengan melemahnya nilai tukar rupee membuat harga-harga barang impor menjadi semakin mahal. dan ditambah lagi dengan habisnya cadangan devisa. Hal itu membuat Sri Lanka kesulitan melakukan impor bahan makanan dan impor bahan bakar minyak (BBM). Akibatnya harga BBM di negara itu melambung.
Seperti diketahui, Sri Lanka secara riil telah bankrut setelah menangguhkan pembayaran utang yang telah memasuki tempo. Hingga akhir tahun ini, sekitar US$ 6 miliar utang yang akan jatuh tempo. Sementara, cadangan devisa yang dimiliki negara tersebut hanya sekitar US$150 juta.
Untuk tahun depan hingga 2026, utang Pemerintah Sri Lanka yang jatuh tempo mencapai US$25 miliar.
(Baca: Sebelum Kerusuhan, PDB Sri Lanka Terbesar ke-4 di Asia Selatan)