Bursa karbon Indonesia pertama kali diluncurkan pada 26 September 2023 dengan nama Indonesia Carbon Exchange (IDXCarbon) di bawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Sepanjang semester I 2024 IDXCarbon sudah memperdagangkan unit karbon sebanyak 114.486 ton ekuivalen karbon dioksida (CO2e) dengan nilai total transaksi Rp5,88 miliar.
Unit karbon yang diperdagangkan itu mewakili pencapaian perusahaan-perusahaan partisipan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca.
Namun, tren transaksi bursa karbon Indonesia belum stabil. Dalam enam bulan belakangan transaksinya sempat nihil pada Februari, serta sangat minim pada April dan Juni seperti terlihat pada grafik.
(Baca: Intensitas Emisi Industri RI Naik, Makin Tak Ramah Lingkungan)
Hal ini juga sempat disinggung Bobby Wahyu Hernawan, Kepala Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral Badan Kebijakan Fiskal (BKF), yang menyatakan transaksi karbon di Indonesia masih minim.
Bobby menilai, rendahnya transaksi ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman terkait nilai ekonomi karbon.
"Pertanyaannya kembali pada supply dan demand, bagaimana para pihak itu aware bahwa ada nilai ekonomi karbon yang bisa dimonetisasi, bisa diperdagangkan," kata Bobby, dilansir CNBC Indonesia (29/5/2024).
Adapun peningkatan transaksi bursa karbon menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah dan stakeholder terkait, demi membantu pengurangan emisi gas rumah kaca nasional.
(Baca: Sertifikat Pengurangan Emisi Berharga di Bursa Karbon, Siapa yang Punya?)