Pada Agustus 2023, pemerintah Indonesia mengumumkan bahwa anggaran kesehatan dalam RAPBN 2024 mencapai Rp186,4 triliun, naik 8,05% dibanding outlook anggaran tahun ini.
Lantas, apakah kebijakan tersebut mampu menjadi sentimen positif bagi emiten rumah sakit?
(Baca: Kunjungan Pasien BPJS Kesehatan ke Faskes Melonjak pada 2022, Cetak Rekor Baru)
Jika dilihat dalam sebulan terakhir, harga saham emiten rumah sakit di dalam negeri bergerak variatif.
Dari 11 emiten rumah sakit yang dipantau Databoks, dalam sebulan terakhir hanya 4 emiten yang harga sahamnya menguat, sedangkan 2 emiten stagnan, dan 5 emiten lainnya melemah.
Penguatan terbesar dialami PT Murni Sadar Tbk (MTMH), emiten yang mengelola Murni Teguh Hospitals Group. Pada 11 Agustus 2023, harga saham MTMH masih di level Rp1.370, kemudian pada 12 September 2023 sudah naik menjadi Rp1.605.
Secara kumulatif, dalam sebulan terakhir harga saham MTMH sudah menguat 17,15% (month-on-month/mom), jauh melampaui pergerakan saham emiten rumah sakit lainnya.
Sementara, pelemahan terdalam dialami PT Royal Prima Tbk (PRIM). Selama periode 11 Agustus-12 September 2023, harga saham PRIM melemah 24,39% (mom) dari Rp82 menjadi Rp62.
Berikut rincian pergerakan harga saham sejumlah emiten rumah sakit di Indonesia periode 11 Agustus-12 September 2023:
- PT Murni Sadar Tbk (MTMH): naik 17,15% (mom)
- PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME): naik 9,94% (mom)
- PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA): naik 5,84% (mom)
- PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL): naik 3,52% (mom)
- PT Metro Healthcare Indonesia Tbk (CARE): tidak berubah
- PT Bundamedik Tbk (BMHS): tidak berubah
- PT Famon Awal Bros Sedaya Tbk (PRAY): turun 2,72% (mom)
- PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ): turun 3,76% (mom)
- PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO): turun 5,17% (mom)
- PT Kedoya Adyaraya Tbk (RSGK): turun 15,13% (mom)
- PT Royal Prima Tbk (PRIM): turun 24,39% (mom)
(Baca: Kasus Penyakit Katastropik di Indonesia Meningkat pada 2022)