Kasus campak di Indonesia semakin “menggila” karena terjadi lonjakan hingga 32 kali lipat pada 2022, dibandingkan tahun sebelumnya. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), lonjakan kasus itu terjadi karena menurunnya imunitas anak.
Meski demikian, Ketua Unit Kerja Koordinasi Penyakit Infeksi Tropik IDAI, Anggraini Alam mengatakan, tingkat infeksi campak bisa dihindari melalui imunisasi dengan cakupan yang cukup tinggi, yaitu 91-94%.
Lantas, bagaimana tren imunisasi campak pada balita di Indonesia?
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), cakupan imunisasi campak pada balita di Indonesia cenderung menurun dalam satu dekade terakhir.
Teranyar, cakupan imunisasi campak pada balita nasional sebesar 70,14% pada 2022. Cakupan tersebut meningkat tipis 1,47 poin dari 2021 yang sebesar 68,67%.
Namun, cakupan imunisasi campak pada balita nasional turun drastis mencapai 7,96 poin dari 2012 yang mencapai 78,1%.
Adapun secara tren, cakupan imunisasi campak pada balita nasional selama satu dekade terakhir yang tertinggi pada 2014 mencapai 78,65%. Di sisi lain, cakupan imunisasi yang terendah pada 2019 sebesar 67,32%.
(Baca: Kasusnya Naik 32 Kali Lipat, Provinsi Mana dengan Cakupan Imunisasi Campak Terendah RI?)