Kementerian Kesehatan (Kemneks) melaporkan, terdapat 1.239 kematian akibat demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia sejak awal tahun hingga 1 November 2024. Angka ini jadi yang tertinggi dalam 4 tahun terakhir.
Adapun jumlah kematian akibat DBD pada November tahun ini sudah melampaui kasus kematian pada tahun lalu dengan peningkatan sebesar 38,59% (year-on-year/yoy).
"Hal ini memperlihatkan adanya peningkatan tiga kali lipat dibanding dengan tahun 2023," kata Plt. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Yudhi Pramono dalam konferensi pers daring, Kamis (14/11/2024).
Kendati demikian, case fatality rate (CFR) atau angka kematian banding jumlah kasus DBD menurun. Tercatat, CFR pada 2023 sebesar 0,78% lalu turun menjadi 0,59% pada 2024.
Menurut provinsinya, kasus kematian akibat DBD tertinggi berada di Jawa Barat dengan 304 jiwa. Lalu disusul Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan total kematian masing-masing sebanyak 235 kematian dan 37 205.
Adapun lima kota dengan kasus kematian akibat DBD tertinggi, yaitu Kabupaten Bandung (36 kematian), Klaten (31 kematian), Malang (20 kematian), Kota Bandung (28 kematian), dan Kendal (27 kematian).
Sementara berdasarkan usianya, mayoritas atau 53% kematian akibat DBD dialami oleh anak dan remaja berusia 5-14 tahun.
Di samping itu Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Ina Agustina menjelaskan, Kemenkes memiliki strategi nasional dalam upaya penanggulangan dengue hingga 2025.
Beberapa di antaranya adalah penguatan manajemen vektor; peningkatan akses dan tatalaksana dengue; penguatan surveilans secara komprehensif; hingga meningkatkan pelibatan masyarakat yang berkesinambungan.
“Berbagai upaya penanggulangan dengue telah dilakukan. Jadi, semua kita intervensi, lingkungannya kita intervensi, nyamuknya juga, manusianya juga,” katanya.
(Baca: Ada 210 Ribu Kasus DBD hingga Awal November 2024, Jawa Barat Terbanyak)