Hasil survei International Tin Association (ITA) memperkirakan penggunaan timah olahan secara tahunan (year-on-year/yoy) pada 2022 turun -3,2% menjadi 376.900 ton.
Dari volume 376.900 ton tersebut, penggunaan terbanyak untuk solder, yakni 50%.
Disusul bahan kimia sebesar 16% dan pelat timah atau tinplate sebesar 12%.
Ada juga olahan timah untuk baterai dan campuran timah-tembaga (tin-copper) yang digunakan masing-masing 7%. Ada juga penggunaan untuk bahan atau barang lainnya sebesar 8%.
ITA menyebut, penurunan penggunaan timah mencerminkan koreksi besar setelah pemulihan pandemi pada 2021.
Sebagian besar perekonomian negara tidak teratur, terlebih dengan kenaikan inflasi yang pesat pada paruh kedua tahun ini.
Survei tersebut juga menunjukkan berlanjutnya kontraksi pada permintaan timah sebesar -1,6% pada 2023 menjadi 371.000 ton.
Hal itu disebabkan dampak negatif inflasi diimbangi dengan peningkatan teknologi timah pada panel surya, kendaraan listrik, dan digitalisasi.
"Berbagai faktor makroekonomi berdampak negatif terhadap proyeksi permintaan timah, sehingga membalikkan sebagian besar pemulihan 2021," tulis ITA dalam laporannya. yang dikutip Kamis (4/4/2024).
Riset ini melibatkan 84 perusahaan yang mencakup sekitar 42% dari perkiraan penggunaan timah olahan global pada 2022.
(Baca juga: Indonesia Masuk Jajaran Negara Penghasil Timah Terbesar Global 2023)