Menurut International Energy Agency (IEA), bahan bakar hidrogen (hydrogen fuel) memiliki peran penting dalam mendukung transisi dari energi fosil ke energi baru-terbarukan (EBT).
IEA mengungkapkan, pada tahun 2020 porsi penggunaan bahan bakar jenis ini masih di bawah 0,1% dari total konsumsi energi final dunia. Namun, porsinya ditargetkan terus naik dalam beberapa dekade mendatang.
"Pada 2030 (penggunaan bahan bakar hidrogen) akan menjadi 2% dari total konsumsi energi final, dan mencapai 10% pada 2050," jelas IEA dalam laporan Global Hydrogen Review 2021.
Bahan bakar hidrogen (hydrogen fuel) dilaporkan memiliki emisi yang sangat minim serta bisa menjadi sumber energi untuk peralatan elektronik, kendaraan elektrik, sampai pembangkitan listrik skala besar.
Namun, proses produksi energi jenis ini masih sangat mahal, sehingga memerlukan investasi untuk mendorong penelitian dan pengembangan lebih lanjut.
Berdasarkan data IEA, komitmen investasi terbesar di skala global untuk pengembangan energi hidrogen berasal dari Jerman, yakni mencapai US$10,3 miliar pada 2021.
Sedangkan di kawasan Asia, komitmen investasi paling besarnya berasal dari Jepang, yakni US$6,5 miliar.
"Pemerintah memainkan peran kunci dalam penetapan agenda penelitian (hidrogen), sekaligus adopsi kebijakan yang mendorong sektor swasta untuk berinovasi dan membawa teknologi ini ke pasaran," jelas IEA.
(Baca: Tren Investasi Batu Bara dan Migas Menguat pada 2022)