Net zero emission (NZE) adalah kondisi di mana jumlah emisi gas rumah kaca yang dihasilkan seimbang dengan jumlah emisi yang diserap atau dihilangkan dari atmosfer.
Menurut laporan Perusahaan Listrik Negara (PLN), Indonesia telah berencana untuk mencapai NZE pada 2060, salah satunya melalui transisi energi di sektor ketenagalistrikan.
"Dalam roadmap menuju net zero emission, PLN berencana menurunkan emisi CO2 secara bertahap dengan menekan porsi penggunaan energi fosil dalam membangkitkan energi listrik," demikian dikutip dari Laporan Keberlanjutan PLN 2022.
(Baca: Skenario JETP: Pensiun Dini PLTU Batu Bara Mulai 2035)
Menurut laporan PLN, pada 2020 sebanyak 50% dari total kapasitas pembangkit listrik Indonesia masih menggunakan sumber energi batu bara. Kemudian yang berbasis gas 30%, minyak 6%, dan energi terbarukan 14%.
Namun, PLN memproyeksikan porsi kapasitas batu bara, gas, dan minyak akan berkurang dalam beberapa dekade ke depan, digantikan dengan energi terbarukan dan energi baru seperti terlihat pada grafik.
"Di tahun 2060 PLN merencanakan tenaga listrik yang diproduksi sebanyak 69% berasal dari sumber energi terbarukan, 15% berasal dari gas, 8% berasal dari pembangkit batu bara dan gas yang dilengkapi fasilitas carbon capture storage (CCS), sementara sisanya 7% bersumber dari energi baru," kata PLN dalam laporannya.
Sebagai catatan, yang dimaksud dengan "energi baru" dalam laporan PLN adalah gas metana batu bara (coal bed methane), batu bara cair (coal slurry), gasifikasi batu bara (coal gasification), dan nuklir.
Sedangkan "energi terbarukan" mencakup energi panas bumi, angin, surya, air, dan bioenergi.
PLN juga menyatakan, perlu ada strategi jangka pendek (short-term) dan jangka panjang (long-term) untuk mewujudkan skenario NZE sampai 2060.
"Untuk fase short-term, durasi waktu pencapaian direncanakan hingga tahun 2030, sedangkan fase long-term akan berlangsung setelah tahun 2030," kata PLN dalam laporannya.
"Untuk fase long-term sendiri membutuhkan kajian lebih dalam dari segi teknis dan finansial karena membutuhkan dana investasi yang cukup besar dan teknologi yang mumpuni," lanjutnya.
(Baca: Batu Bara dan Minyak, Sumber Energi Utama Indonesia)