Invasi Rusia ke Ukraina telah menimbulkan kenaikan harga pangan dan energi dunia. Kondisi ini telah berdampak ke berbagai negara dengan inflasi yang melambung tinggi.
Jika kondisi ini terus berlanjut, penduduk di banyak negara akan semakin kesulitan untuk dapat membeli bahan pangan karena harganya semakin tidak terjangkau. Hal ini dapat mengancam ketahanan pangan serta akan meningkatkan ketegangan sosial di banyak negara.
Berdasarkan laporan tambahan Bank Pembangunan Asia (ADB) Asia Development Outlook 2022 yang dirilis bulan ini, inflasi negara-negara berkembang di kawasan Eropa rata-rata sebesar 32,6% (year on year/yoy) pada Juni 2022. Angka ini tertinggi dibandingkan dengan negara berkembang di kawasan lainnya.
Turki, salah satu negara di kawasan Eropa yang mencatat inflasi tertinggi, yakni sesar 78,62% (yoy) pada Juni 2022. Begitu pula Moldova mencatat inflasi sebesar 31,82%(yoy), dan Ukraina 21,5% (yoy).
Inflasi negara berkembang di Sub-Sahara dan Afrika rata-rata sebesar 17% (yoy), dan inflasi negara-nergara kawasan Amerika Latin sebesar 10% (yoy). Sementara, inflasi rata-rata negara berkembang kawasan Asia hanya sebesar 4,6% (yoy).
Tidak hanya negara berkembang, Amerika Serikat (AS) juga terkena dampak kenaikan harga komoditas pangan dan energi. Bahkan negara adidaya itu mengalami inflasi tertingginya dalam 4 dekade terakhir, yaitu mencapai 9,4% pada Juni 2022. Demikian pula inflasi negara-negara Uni Eropa telah mencapai 8,6% (yoy)
(Baca: Terdampak Invasi Rusia, Inflasi di Eropa Melambung)