Menurut data Bank Indonesia (BI), utang luar negeri pemerintah mencapai US$190,97 miliar pada Mei 2024, belum termasuk utang bank sentral.
Jika dikonversi ke rupiah, nilainya setara dengan Rp3.094,1 triliun (asumsi kurs Rp16.202 per US$).
Utang luar negeri pemerintah pada Mei 2024 naik 0,99% dibanding bulan sebelumnya (month-on-month). Tapi, jika dibanding setahun lalu nilainya turun 0,83% (year-on-year).
"Posisi ULN (utang luar negeri) pemerintah relatif aman dan terkendali, mengingat hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,99% dari total ULN pemerintah," kata Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam siaran pers, Senin (15/7/2024).
Utang ini paling banyak digunakan untuk sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial.
Berikut rincian utang luar negeri pemerintah Indonesia berdasarkan sektor pada Mei 2024, diurutkan dari yang terbesar sampai terkecil:
- Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial: US$40 miliar
- Administrasi Pemerintah, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib: US$35,6 miliar
- Jasa Pendidikan: US$32,1 miliar
- Konstruksi: US$26 miliar
- Jasa Keuangan dan Asuransi: US$18,2 miliar
- Transportasi dan Pergudangan: US$14,5 miliar
- Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan: US$7,06 miliar
- Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang: US$5,2 miliar
- Pengadaan Listrik dan Gas: US$2,98 miliar
- Jasa Lainnya: US$2,6 miliar
- Informasi dan Komunikasi: US$973 juta
- Pertambangan dan Penggalian: US$401 juta
- Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor: US$33 juta
- Industri Pengolahan: US$5 juta
- Jasa Perusahaan: US$2 juta
- Penyediaan akomodasi dan makan minum: tidak ada utang
- Real Estat: tidak ada utang
(Baca: APBN Defisit Rp77,3 Triliun pada Semester I 2024)