Rencana pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) diperkirakan akan memperlambat pertumbuhan ekonomi. Kenaikan harga ini akan berdampak ke lonjakan harga yang diatur pemerintah dan harga barang dan jasa konsumen pada umumnya.
PT Pertamina berencana untuk menaikkan harga Pertalite, yaitu bensin dengan oktan 90, ke Rp10.000 per liter dari Rp7.650 per liter. Untuk Solar, perusahaan raksasa minyak dan gas ini berencana untuk meningkatkan harganya ke Rp7.200 per liter dari Rp5.150 per liter.
Riset Bank Mandiri memperkirakan bahwa peningkatan harga Pertalite tersebut akan memperlambat pertumbuhan ekonomi 0,17 poin persentase. Kenaikannya juga akan memberikan andil 0,83 poin persentase ke inflasi.
Sementara itu, jika harga Solar meningkat ke Rp8.500 per liter, pertumbuhan ekonomi diperkirakan bisa melambat 0,07 poin persentase dan inflasi bisa lebih tinggi 0,33 poin persentase.
Walaupun Bank Indonesia masih memiliki ruang untuk menaikkan suku bunga, tingkat inflasi tahunan pada akhir 2022 diperkirakan bisa mencapai 6% akibat kenaikan harga BBM, menurut Bank Mandiri. Ini lebih tinggi dari perkiraan dasar 4,6%.
Bank Mandiri masih mempertahankan proyeksi pertumbuhan tahunan produk domestik bruto (PDB) Indonesia di 5,17% untuk 2022.
(Baca: Sinyal Kenaikan Harga BBM Makin Kuat, Inflasi Transportasi di Kabupaten/Kota Ini Tertinggi Nasional)