Pengungsi Rohingya melakukan perpindahan untuk mencari suaka atau tempat perlindungan. Kelompok minoritas muslim yang didepak negara asalnya, Myanmar, ini menyebar ke berbagai negara di kawasan Asia.
Data United Nations High Commisioner For Refugees (UNHCR) menunjukkan, sepanjang 2022-2023 jumlah keberangkatan kelompok Rohingya yang tercatat berfluktuasi.
Kuartal I (Q1) 2022 tercatat hanya 384 orang. Namun pada kuartal IV, angkanya meroket menjadi 2.327 orang. Perpindahan pada kuartal akhir 2022 menjadi yang tertinggi selama setahun terakhir.
Memasuki kuartal awal 2023, jumlah keberangkatannya masih tinggi, yakni 1.051 orang. Meski angkanya sempat menyusut pada kuartal II dan III 2023, perpindahan pada kuartal IV melonjak kembali, menjadi 1.607 orang pada data terakhir 4 Desember 2023.
Secara kumulatif, perpindahan yang tercatat pada 2022 sebanyak 3.705 orang. Sementara pada 2023, hingga awal Desember, sebesar 3.412 orang.
Data dari beragam sumber yang dihimpun UNHCR ini menghitung para pengungsi Rohingya yang melakukan perjalanan laut di Asia dan Pasifik. Orang-orang yang melakukan perjalanan ini, sebut UNHCR, putus asa dan melalui hal yang berbahaya terutama dari Bangladesh dan Myanmar.
Data UNHCR menunjukkan, pengungsi Rohingya dan pencari suaka lainnya yang tak memiliki status kewarganegaraan dari Myanmar tercatat sebanyak 1.094.198 orang hingga September 2023.
Rombongan Rohingya paling banyak mengungsi di Bangladesh, yakni 965.467 orang atau 88,2% dari total pengungsi Rohingya dan pencari suaka Myanmar.
Kedua adalah Malaysia yang menampung 105.762 orang atau 9,7%. Disusul India sebesar 22.110 orang atau 2%.
Indonesia menjadi negara yang paling sedikit menampung pengungsi Rohingya, yakni 859 orang atau 0,1%.
(Baca juga: Tak Sedikit Pengungsi Rohingya yang Tewas saat Cari Suaka)