Kementerian LHK: Jumlah Titik Panas di Indonesia Capai 90 Dalam 24 Jam Terakhir (Minggu, 2 Februari 2025)


Nama Data | Nilai |
---|---|
Sumatera Barat | 34 |
Bengkulu | 14 |
Sulawesi Selatan | 10 |
Jambi | 10 |
Sumatera Selatan | 6 |
Aceh | 4 |
Papua | 4 |
Kepulauan Bangka Belitung | 2 |
Kalimantan Tengah | 1 |
Jawa Barat | 1 |
- A Font Kecil
- A Font Sedang
- A Font Besar
Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 90 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini bertambah 19 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Minggu (2/2/2025) pukul 11.05 WIB. Dari 90 titik panas terdeteksi, 2 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 85 titik skala sedang, dan 3 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: Dilanda Banjir dan Tanah Longsor, Berikut Jumlah Penduduk Cianjur 2024)
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Sumatera Barat sebanyak 34 titik. Bengkulu menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 14 titik. Sulawesi Selatan berada di posisi ketiga sebanyak 10 titik panas.
Sebanyak 10 titik panas terdeteksi di Jambi, Sumatera Selatan menyusul dengan 6 titik panas, serta Aceh dan Papua masing-masing memiliki 4 dan 4 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.