Berdasarkan laporan Forbes Advisor, lebih dari 600 ribu pasangan di Amerika Serikat (AS) melaporkan perceraian pada 2021 lalu. Angka ini hampir separuh dari total pernikahan di negara tersebut.
Lantas, apa saja alasan yang mendorong warga AS melakukan perceraian?
Forbes Advisor mencatat, terdapat sejumlah alasan perceraian yang diajukan saat pengadilan. Mayoritas atau 43% responden di AS menyatakan bahwa kurangnya dukungan dari keluarga menjadi alasan utama mereka bercerai.
"Kurangnya dukungan keluarga menjadi masalah yang lebih besar seiring berjalannya waktu. Ini adalah alasan utama perceraian di antara mereka yang mengakhiri pernikahan dalam waktu dua hingga delapan tahun," tulis Forbes Advisor dalam laporannya.
Alasan berikutnya adalah perselingkuhan atau hubungan di luar pernikahan, yang dinyatakan oleh 43% responden.
Kemudian disusul alasan ketidakcocokan, kurangnya kedekatan, serta terlalu banyak konflik yang menjadi alasan bagi 31% responden untuk melakukan perceraian.
Sementara alasan perceraian karena adanya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) secara fisik maupun emosional berada di peringkat kedua terakhir dengan proporsi 3%.
Survei ini dilakukan terhadap 1.000 responden warga AS yang telah bercerai atau sedang menjalani proses perceraian.
Forbes Advisor tidak menyebutkan waktu data ini dikoleksi, namun survei ini dipublikasi pada 16 Agustus 2023, dengan toleransi kesalahan (margin of error) sekitar 3,1% dan tingkat kepercayaan 95%.
Berikut alasan responden warga AS melakukan perceraian menurut Forbes Advisor:
- Kurangnya dukungan keluarga: 43%
- Perselingkungan atau hubungan di luar pernikahan: 34%
- Ketidakcocokan: 31%
- Kurangnya kedekatan: 31%
- Terlalu banyak konflik atau pertengkaran: 31%
- Stres karena keuangan: 24%
- Kurangnya komitmen: 23%
- Perbedaan pola asuh anak: 20%
- Menikah terlalu muda: 10%
- Nilai atau moral yang bertentangan: 6%
- Penyalahgunaan zat: 3%
- Kekerasan dalam rumah tangga secara fisik atau emosional: 3%
- Perbedaan gaya hidup: 1%
(Baca juga: Bukan Jakarta, Ini Provinsi dengan Kasus Perceraian Tertinggi di Indonesia pada 2022)