Produksi solar Indonesia pada 2000-2014 meningkat 36% dari 95,9 juta barel menjadi 130,3 juta barel pada 2014. Level produksi pada 2014 tersebut adalah yang tertinggi dalam 14 tahun seiring dengan kemampuan produksi kilang minyak dalam negeri yang bertambah.
Mengutip data Badan Pusat Statisik dan Kementerian ESDM, level terendah sempat terjadi pada 2006 dan 2007 ketika produksi solar hanya mencapai masing-masing 90,4 juta dan 82,1 juta barel. Kendati turun dalam dua tahun berturut-turut, produksinya kemudian terus meningkat.
Tingginya produksi solar mendorong Pertamina setop mengimpor solar mulai 2016. Untuk mencukupi kebutuhan nasional, Pertamina hanya mengandalkan produksi solar dari dalam negeri setelah kapasitas kilang bertambah. Penambahan kapasitas kilang seiring dengan rampungnya pengerjaan proyek Residual Fluid Catalytic Cracking Kilang RU IV Cilacap dengan nilai proyek lebih dari Rp11 triliun. Selain Kilang Cilacap, kapasitas produksi solar Pertamina juga bertambah dengan dioperasikan kembali kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama yang berkapasits 100.000 barel per hari.